Puncta 22.10.21
Jum’at Biasa XXIX
Lukas 12: 54-59
BELAJAR dari negara-negara Timur Tengah yang dilanda perang terus-menerus, mestinya kita dapat memetik hikmah betapa kita harus terus menjaga Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Perang antar saudara yang ditunggangi para ‘bohir” hanya membawa kehancuran dan penderitaan.
Pola-pola yang terjadi di Timteng mulai ditiru untuk dipraktikkan di Indonesia. Kejadian di Tunisia, Mesir, Irak, Afganistan dan Suriah adalah tanda-tanda yang bisa dijadikan pelajaran berharga bagi kita.
Negara-negara itu menjadi porak poranda dan jatuh ke titik paling rendah akibat dari politik adu domba dan perang proxy dari kekuatan adidaya ekonomi dunia.
Isu-isu ekonomi (dominasi kekuatan sembilan naga) disebarkan untuk menindas kaum kecil.
Di sini disebarkan kekuatan ekonomi China akan menggeser pribumi. Isu-isu berbau SARA di-blow up agar memicu kerusuhan.
Pemodal atau bohir memanfaatkan kelompok-kelompok pengacau bikin kegaduhan. Kelompok militan ikut menyebarkan hoaks, fitnah dengan ajaran-ajaran agama.
Belajarlah melihat pola-pola seperti itu dengan bijak sebagai tanda-tanda untuk menghancurkan Pancasila dan NKRI.
Para pecinta NKRI jangan bersikap masa bodoh. Sekali anda membuka pintu terhadap paham radikal, bola salju akan menggelinding menghancurkan semuanya.
Jangan hanya diam, marilah kita bijak melihat tanda-tanda.
Yesus berkata kepada orang banyak, “Apabila kalian melihat awan naik di sebelah barat, segera kalian berkata, ‘akan datang hujan.’ Dan hal itu memang terjadi. Dan apabila kalian melihat angin selatan bertiup, kalian berkata, ‘hari akan panas terik.’ Dan hal itu memang terjadi. Hai orang-orang munafik, kalian tahu menilai gelagat bumi dan langit, tetapi mengapa tidak dapat menilai zaman ini?”
Persatuan dan kesatuan NKRI yang telah dibangun dengan tetesan darah para pahlawan dan pendiri bangsa ini jangan sampai dihancurkan oleh ideologi-ideologi asing berbaju agama yang justru akan menggerus pondasi yang sudah dibangun kuat.
Mereka memperalat kaum lemah, miskin, bodoh dan tersingkir menjadi pion yang dikorbankan. Yang jadi korban tetaplah orang kecil di bawah.
Oleh karena itu marilah kita bijak melihat tanda-tanda zaman.
Maka janganlah anda diam. Ketika anda diam, mereka sudah berlari sangat jauh.
Jangan sampai menyesal ketika semuanya sudah porak poranda. Mari bersikap kritis dan peka terhadap tanda-tanda zaman di sekitar kita.
Di pohon-pohon jati ada banyak ulat,
Dijual berenteng-renteng di pinggir jalan.
Hanya orang bodoh yang mudah diperalat,
Dijadikan kurban untuk sebuah kepentingan.
Cawas, peka menilai tanda zaman…