Bisa Berkata “Cukup”

0
446 views
Cukupilah kebutuhanku. (Romo Mardianus Indra Pr/Keuskupan Ketapang)

Senin, 28 Februari 2022

  • 1Ptr. 1:3-9.
  • Mzm: 111:1-2.5-6.9.10c;
  • Mrk. 10:17-27

JADI orang miskin itu susah. Memang uang bukan segalanya, tetapi segala sesuatu membutuhkan uang.

Apalagi zaman modern ini menekankan hal-hal yang konkrit. Bila memerlukan sesuatu harus dengan uang atau kekayaan.

Maka bekerja dan berusaha keras untuk mendapatkan harta kekayaan menjadi usaha dan perjuangan banyak orang.

Bahkan ada orang untuk mendapatkan harta kekayaan sampai menjual jiwanya. Tetapi di lain pihak ada orang yang kaya dan berkecukupan segalanya menampilkan diri dalam kesederhanan dan menggunakan harta bendanya untuk kebaikan hidup bersama.

“Kalian harus tahu siapa dia sesungguhnya, yang selama ini kalian pandang dengan sebelah mata,” kata seorang ibu.

“Saya waktu liburan diajak ke rumah dia, dia tidak seperti yang kalian sangka selama ini,” lanjutnya.

“Dia dari kekuarga yang sangat kaya raya, bahkan suaminya adalah pemilik perusahaan yang terkenal itu,” sambungnya.

“Tetapi mengapa dia berpenampilan begitu sederhana. Bahkan kelihatan sangat kurang pergaulan,” kata ibu yang lain.

“Atau dia merasa tidak nyaman bergaul dengan kita, karena tidak bisa ikut irama dan gaya kita,” kata ibu yang lain

“Justru itulah hebatnya bahwa dia tidak menjadikan kekayaannya sebagai sarana untuk mencari pujian dengan bergaya mewah,” sahut ibu itu.

“Itulah bedanya dengan OKB, yang kadang merasa bisa segalanya, dan cenderung sombong. Mereka itu seperti orang buta baru melek,” sambungnya.

“Orang yang kaya yang baik itu bisa menjadikan kekayaan menjadi berkat dan tidak memandang kekayaan di atas segala-galanya,” lanjutnya.

“Dia itu melalui kekayaannya melakukan karya yang nyata bagi orang miskin dan anak yatim,” sambunya lagi.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

“Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: “Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.”

Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya.”

Memang harus diakui, ikatan yang paling sulit dilepaskan manusia untuk mengikuti Yesus adalah harta benda.

Yesus menegaskan kepada kita, untuk membuat pilihan yang menentukan arah dan keberpihakan hati kita.

Yesus ingin kita mengarahkan hati sepenuhnya pada Tuhan. Karena di luar Tuhan semua hanyalah sesuatu yang semu.

Dan pada akhirnya, ketika kita harus meninggalkan dunia yang fana ini, harta dan kekayaan itu tidak dapat kita bawa serta.

Maka kita harus memiliki sikap lepas bebas yang dengan bijaksana berkata “cukup”.

Artinya berani berkata “cukup” atas keperluan tanah milik, barang, uang, dan orang demi mengarahkan hidup ini kepada Kristus.

Karena pada dasarnya bahwa kita ini, tidak akan pernah puas akan harta milik.

Bagaimana dengan diriku? Apakah aku bisa mengatakan cukup?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here