HASIL diplomasi maraton Amerika di Timur Tengah, khususnya di kawasan negara-negara Teluk Arab, kini membuahkan hasil. Memang sengaja dilakukan secara “diam-diam” agar tidak terlalu membuat riak dan ombak politik di kawasan Timur Tengah.
Laporan media massa internasional edisi terbit hari Sabtu tanggal 12 September ini memberitakan hasil gemilang itu. Dalam waktu dekat, Bahrain akan mengikuti jejak Uni Emirat Arab (UEA) sebulan lalu: bersedia menjalin hubungan diplomatik penuh dengan Israel.
Pengumuman kabar baik ini disampaikan oleh Presiden AS Donald Trump dari Gedung Putih di Washington.
Dalam pernyataan bersama secara tripartit, AS mendorong kedua negara – Israel dan Bahrain—segera mengukir sejarah baru di Timur Tengah. Akhirnya, ketika pihak itu sepakat: hubungan diplomatik penuh antara Bahrain-Israel segera diretas, setelah Presiden Trump bicara dan mendiskusikan hal itu dengan PM Israel Benjamin Netanyahu dan Raja Bahrain Hamad bin Isa Al Khalifa hari Jumat kemarin.
“Ini merupakan terobosan politik yang bersejarah untuk meretas perdamaian di kawasan Timur Tengah,” demikian antara lain bunyi pernyatan Bersama tripartit tersebut.
Dengan demikian, mengikuti jejak UEA, penguasa Bahrain juga akan terbang ke Washington untuk ikut mengikuti prosesi penandatanganan perjanjian hubungan diplomatikdengan Israel ini di Gedung Putih.
“Saya sungguh tak mengira, hal ini bisa terjadi dan sangat cepat,” ungkap Presiden Trump.
Dalam Bahasa Ibrani, PM Israel Benjamin “Bibi” Netanyahu mengaku sangat tersentuh dengan capaian diplomasi politik ini. Hal tersebut menambah kisah meretas perdamaian di kawasan Timur Tengah, setelah sebulan lalu Israel berhasil merintis hubungan diplomatiknya dengan UEA.
Kantor Berita BNA dari Bahrain menulis tajuk yang mendukung langkah pembukaan jalur diplomatik Bahrain-Israel.
Ditusuk dari belakang
Yang bereaksi tidak senang tentu saja Penguasa Otoritas Palestina. Setelah sebulan lalu merasa telah dikhianati oleh UEA, kini mereka merasa kembali “ditusuk dari belakang” oleh keputusan Bahrain bersedia membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
Penguasa Otoritas Palestina berjanji akan melakukan protes keras ini terhadap Manama dan memanggil Dubes Bahrain untuk Palestina guna menjelaskan keputusan Manama mau menjalin hubungan diplomatik dengan Tel Aviv.
Dengan peristiwa ini, Bahrain menjadi negara Arab keempat yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Mengikuti jejak sejarah yang berhasil ditorehkan oleh Mesir, Yordania, UEA.
PS: Diolah dari Al Jazeera, the JP, Times of Israel.