Puncta 10.09.22
Sabtu Biasa XXIII
Lukas 6:43-49
BROERY Pesolima pernah menyanyikan lagu berjudul Aku Begini, Engkau Begitu.
Ada syairnya yang terdengar lucu dan aneh. Ada buah semangka berdaun sirih. Saya kutipkan syair ciptaan Rinto Harahap itu;
Di dalam tidur, di dalam doa, kita berjanji
Kita bersama, kita bersatu bergandeng tangan.
Di alam nyata, apa yang terjadi buah semangka berdaun sirih,
Aku begini, engkau begitu, sama saja.
Apa benar ada buah semangka berdaun sirih? Jelas tidak mungkin.
Itu hanyalah satire dari kondisi cinta yang tak pernah bisa ketemu. Janji-janji tidak pernah ditepati.
Dulu berjanji selalu bergandeng tangan. Tetapi nyatanya selalu jalan sendiri-sendiri. Tidak pernah akur. Rinto berkata, “Aku begini, engkau begitu.”
Yesus membuat perumpamaan, “Tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik. Sebab setiap pohon dikenal dari buahnya.”
Yesus menyindir kaum munafik. “Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?”
Orang rajin beribadah tetapi perilakunya justru jauh dari apa yang didoakan. Banyak orang menyerukan nama Tuhan tetapi korupsi, penyelewengan, pelecehan dan pemerkosaan menghiasi berita setiap hari.
Orang mengaku pengikut Kristus, tetapi suka memfitnah, menyebarkan kebohongan dan hoax.
Orang berteriak-teriak tentang Tuhan, tetapi menindas dan membenci sesamanya. Orang bahkan mengatasnamakan Tuhan untuk menghukum dan mengadili manusia tanpa salah.
Atas nama agama orang membatasi kebebasan dan kemerdekaan beribadat.
Apa yang dipercaya tidak sesuai dengan tindakannya. Apa yang diserukan tidak terwujud dalam kelakuan. Apa yang diyakini, hanya berhenti pada janji-janji.
Maka Broery menyindir dengan suara melankolisnya, “Di alam nyata apa yang terjadi, buah semangka berdaun sirih. Aku begini, engkau begitu sama saja.”
Orang yang datang kepada Yesus, percaya kepada-Nya dan melaksanakan sabda-Nya adalah orang yang mendirikan rumah di atas pondasi batu yang kuat.
Saat badai dan taufan datang, rumah itu tidak akan roboh.
Sabda Yesus adalah kekuatan untuk menghadapi badai kehidupan. Maka jangan hanya mengaku dan berseru, tetapi lebih dari pada itu adalah melaksanakan sabda-Nya.
Mari kita menjadi pelaksana-pelaksana sabda Allah.
Naik pedati di pinggir sawah,
Sapinya gemuk berjalan pelan.
Kalau kita beriman pada Allah,
Mari hasilkan buah-buah kebaikan.
Cawas, tetap semangat dan gembira…