BAPERAN-BAcaan PERmenungan hariAN.
Senin, 28 Maret 2022.
Tema: Teman Hidup.
Bacaan.
- Yes. 65: 17-21.
- Yoh. 4: 43-54.
“MO, minta waktunya ya. Saya ingin buat kejutan untuk keluarga,” kata seorang remaja putri.
“Kenapa harus buat kejutan? Kenapa tidak terus terang aja?”
“Biar rame saja, Romo. Tapi hanya kali ini aja, supaya ada kesan buat keluarga.”
“Emangnya bagaimana keluargamu kok sampai harus buat kejutan?”
“Keluarga baik baik aja. Romo kan tahu, bapak ibu biasa akur. Kami jarang melihat tuh mereka bersitegang. Bagi kami, bapak-ibu akrab bahkan seperti kakak adik. Tapi kalau mereka ingin berbicara kepada kami, mereka memanggil dan berbicara enam mata, saya, bapak dan ibu. Selalu begitu. Jadi saling ngertilah.”
“Apa yang kalian rancang?”
“Lusa kan Bapak-Ibu merayakan ulang tahun perkawinan yang ke-40. Kami, anak-anaknya, sepakat ingin mengundang Bapak-Ibu ke restoran.
Kakak tertua bilang akan pulang ke rumah merayakan ulang tahun Bapak dan Ibu yang ke-40.
Saya dan adik akan pergi selama dua hari dan tidak pulang. Kami akan pergi ke rumah saudara dan kami akan menceritakan maksud kami.”
“Maksudnya gimana?”
“Kan Bapak dan Ibu nantinya pasti akan bingung mencari kami. Tentu mereka segera mencari tahu di rumah adik mami. Karena masih satu kota. Kami minta, bilang aja tidak menginap disini. Kami mau bersembunyi. Dan pas hari ulang tahun perkawinan nanti, Bapak-Ibu diminta datang ke salah satu ruang makan yang terkenal.”
“Siapa yang menyuruh mereka?”
“Ya adik ibu. Bilang aja, ‘Baru saja aku melihat anakmu masuk ke restoran itu dengan orang lain, om-om. Tentu bapak ibu akan menjemput, mengecek kebenaran itu.
Ruangan itu sudah di-setting dengan berbagai hiasan dan makanan serta kue ulang tahun perkawinan. Semua ini ide dari kakak yang di Jakarta. Ia yang mengakomodir acaranya. Malam sebelumnya kakak menginap di hotel dekat resto itu.
Dan ketika bapak ibu datang dan membuka ruang itu kami langsung menyanyikan selamat ulang tahun. Ada MC-nya juga.
“Apa kamu pikir bapak ibumu tidak sedih atau bingung? Jangan-jangan malah stres atau kemudian lapor polisi?”
“Enggalah Mo. Bapak ibu kan nggak pernah bertengkar. Mereka baik-baik saja. Kami tidak pernah melihat mereka adu argunen. Bapak orangnya sabar. Sangat mau mendengarkan terlebih dulu. Tidak pernah mengatakan sesuatu kalau tidak dimintai pendapat.
Bapak memang membiarkan kami bertindak seperti yang kami inginkan. Paling Bapak berkata, ‘Apakah sudah dipikirkan matang-matang? Apakah sudah dibayangkan risikonya. Itulah selalu yang dinasehati Bapak. Kami dilatih dewasa.
Sementara Ibu lebih mendengarkan. Ibu selalu mengatakan, ‘Beritahu dulu bapakmu. Bapak itu kepala keluarga. Mengatur segalanya. Ibu akan membantumu, hanya kalau ada perbedaan pendapat.
Selama ini, Ibu percaya, bapakmu menyayangi kalian. Ibu sungguh menghormati bapak. Apa yang sudah Bapak putuskan pasti Ibu dukung. Itulah yang membuat keluarga kita bahagia. Ada satu komando dalam perahu keluarga kita.’
Nanti Romo kami jemput. Romo berdoa untuk ulang tahun perkawinan Bapak-Ibu yaMmo. Meski bapak ibu kaget, pasti tidak akan marah karena Romo ada bersama kita.”
“Wah ada bentuk lain ta? Rasanya kurang hormat kepada orangtua. Kalian kan menyayangi mereka. Kalau ada apa-apa dengan mereka nanti terus bagaimana?”
“Tidak Romo. Bapak-Ibu tidak pernah marah. Kami tahu, bapak sangat menyayangi kami. Dan ibu sungguh merawat keluarga dengan baik.
Kami juga sudah membicarakan kepada kakak ibu dan adik bapak yang tinggal se-kota. Mereka juga setuju. Mereka akan datang bersama kami untuk menanti bapak ibu yang pasti mencari kami.”
“Okelah kalau begitu.”
Kadang, keluarga perlu melakukan sesuatu yang sedikit “aneh” mungkin “gila” demi kegembiraan dan kebahagian lebih. Out of the box.
Percakapan dan perjumpaan seorang pegawai istana dengan Yesus adalah sebuah relasi kepercayaan.
“Pergilah, anakmu hidup.”
Orang itu percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi.” ay 50.
Tuhan, Terimakasih atas cinta dan pengurbanan bapak-ibu, orangtua kami.
Lewat merekalah, kami belajar mencintai dan percaya. Amin.