Puncta 07.06.23
Rabu Biasa IX
Markus 12: 18-27
SUATU kali dengar cerita lucu di pedalaman Kalimantan. Seorang pastor diminta memberkati jenazah di suatu kampung.
Siang hari dia melaksanakan tugas pemberkatan dengan adat di kampung itu. Adat di kampung itu, jika ada orang meninggal, semua barang miliknya akan disertakan ke kuburan. Ada kursi roda, baju-baju, radio, arloji, dan lainnya.
Pokoknya segala barang yang disukai ditaruh di makam.
Makam biasanya terletak di pinggir jalan ujung kampung. Siapa pun pasti akan melewati tempat itu. Pastor ini setelah selasai upacara pemakaman melanjutkan perjalanan ke kampung berikut untuk misa pada malam harinya.
Ketika dia pulang ke pastoran, dia melewati kuburan orang yang tadi dimakamkan. Malam sangat gelap tidak ada lampu penerangan jalan.
Saat lewat di kuburan, dia mendengar suara dari arah makam, “tong tang ting tung, tong tang ting tung…” seperti bunyi lonceng seperti di stasiun kereta api.
Dia kaget dan bulu kuduknya langsung berdiri.
Pastor itu ketakutan, langsung tancap gas motornya, ngebut tak menghiraukan bawaan persembahan di boncengan motor berjatuhan.
Ia sangat ketakutan arwah orang yang meninggal itu seperti mengejar di belakangnya.
Dalam Injil, Yesus menanggapi pernyataan kaum Saduki yang tidak percaya pada kebangkitan. Mereka mengajukan gagasan aneh tentang seorang perempuan yang bersuamikan tujuh laki-laki.
Lalu bagaimana nasib mereka pada hari kebangkitan?
Yesus menyatakan bahwa pada masa kebangkitan orang mati, orang tidak kawin dan dikawinkan. Mereka hidup seperti malaikat di surga.
Kehidupan mereka sudah sempurna, tidak lagi terikat pada urusan duniawi.
Mereka hidup di hadapan Allah dan mereka tidak sibuk lagi dengan hal-hal dunia. Mereka yang sudah sempurna hidup seperti malaikat dan hanya melayani Allah di surga. Kehidupan mereka adalah kehidupan surgawi, bukan hidup di dunia ini.
Yesus menegaskan bahwa Allah bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup. Percaya kepada kebangkitan berarti percaya pada kehidupan bersama Allah.
Hidup bersama Allah adalah hidup yang sempurna. Tidak lagi memikirkan kawin dan dikawinkan.
Pastor teman saya itu malah ketakutan pada arwah orang mati. Ia malah percaya pada hantu-hantu yang sering mengganggu manusia. Orang suci tidak akan mengganggu kita, tetapi menjadi pendoa bagi kita di hadapan Tuhan.
Kita doakan mereka yang sudah meninggal agar segera mengalami kebahagiaan kekal dan hidup bahagia di hadapan Tuhan.
Obat sehat daun pepaya,
Badan bugar menjaga stamina.
Hidup kekal tujuan kita,
Damai bersama Allah di Surga.
Cawas, aku percaya pada kehidupan kekal
Rm. A. Joko Purwanto, Pr