Kamis, 19 September 2024.
1Kor 15:1-11.
Mzm 118:1-2.16ab-17.28.
Luk 7:36-50
SETIAP manusia tentunya tidak lepas dari kesalahan dan perbuatan dosa. Pada beberapa kondisi, perbuatan dosa seringkali menimbulkan penyesalan yang mendalam. Meratapi segala dosa di masa lalu hanya bisa dilakukan setelah kesalahan tersebut terjadi.
Penyesalan dan dosa menjadi dua hal yang datang beriringan. Di mana penyesalan biasanya terjadi karena kesalahan atau dosa di masa lalu.
Selain itu, menyesal biasanya menimbulkan rasa marah, sedih, kecewa, susah yang membuat diri sendiri merasa terus bersalah akibat perbuatan di masa lalu.
“Meratapi terus menerus penyesalan, bukan menjadi solusi terbaik buat hidup ini,” kata seorang bapak.
“Satu langkah harus saya ambil dalam pertobatan untuk mengatasi rasa bersalah yakni mengakui dan menerima kenyataan akan kegagalan dan kesalahan yang telah terjadi.
Dalam keadaan bersalah tidak perlu banyak bicara dan mengeluh namun perlu introspeksi diri atas kesalahan yang memicu perbuatan dosa agar kejadian tersebut tidak terulang kembali.
Pertobatan sejati adalah transformasi hati yang muncul dari pengalaman kasih, bukan dari rasa takut atau penghakiman,” ujarnya
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu.”
Ketika seseorang merasakan kasih yang tulus, baik dari Tuhan maupun dari orang lain, mereka cenderung terbuka untuk berubah. Kasih menciptakan lingkungan yang aman, di mana kita merasa diterima dan dihargai, hingga kondisi itu mendorong kita untuk mengakui kesalahan dan berusaha untuk memperbaiki diri.
Sedangkan, penghakiman sering kali membuat kita merasa tertekan dan defensif. Pengakuan atas kesalahan terjadi karena ada tekanan dan ketakutan. Sebaliknya, kasih memberikan dorongan positif untuk bertumbuh.
Dalam konteks iman, Yesus menunjukkan bahwa Dia tidak datang untuk menghukum, tetapi untuk menyelamatkan dan mengasihi. Ketika kita merasakan kasih dan pengertian, kita lebih cenderung mengubah hidup kita.
Pertobatan yang lahir dari kasih adalah proses yang tulus dan mendalam, di mana kita berkomitmen untuk hidup dengan cara yang baru karena kita menghargai kasih yang telah kita terima.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku mengasihi orang yang bersalah atau menghakiminya?