ARTI pasti dari “méncla-ménclé” (bhs Jawa) adalah tidak konsisten dan sulit dipercaya omongannya. Hal itu biasanya lazim terdengar di panggung politik. Istilah kembarnya, “ésuk dhelé, soré témpé” (pagi bilang kedelai, sorenya bilang témpé).
Para pemimpin demikian sangat mengecewakan pengikutnya. Apalagi kalau sebelumnya sangat berkenan di hati rakyat. Benar-benar bikin bingung.
Ssbda Tuhan pada Minggu Biasa IV ini juga berbicara tentang seorang yang tugasnya menyampaikan pesan Tuhan (nabi). Dia menjamin sumber kata-katanya benar, yakni dari Tuhan. Selanjutnya, kata-katanya itu terwujud. Bukan omong kosong dan “méncla-ménclé” atau sulit dipercaya.
Kitab Ulangan mewartakan bahwa Tuhan akan membangkitkan seorang nabi seperti Musa dari tengah umat-Nya (Ulangan 18:15). Nabi mengatakan semua pesan yang Tuhan perintahkan (Ulangan 18:18). Mereka yang tidak mendengarkannya akan Tuhan mintai pertanggungjawaban (Ulangan 18:19).
Sabda Tuhan itu seluruhnya terpenuhi dalam diri Yesus. Dialah yang memenuhi semua yang Tuhan janjikan dalam Perjanjian Lama (Matius 5:17). Yesus itu lebih dari nabi yang menyampaikan sabda Tuhan. Dialah sabda itu sendiri (Yohsnes 1:1-14).
Dia mengajar dengan penuh kuasa (Markus 1:22). Artinya, Dia mewujudkan yang dikatakan-Nya bahwa Kerajaan Allah sudah dekat (Markus 1:15). Dia bertindak dengan kuasa Allah menyertai-Nya (Lukas 5:17) dan dengan demikian menghadirkan Kerajaan Allah itu.
Kuasa kata-kata dan tindakan-Nya tampak jelas ketika Dia menghadapi kuasa jahat yang membelenggu manusia. Ketika Dia mengusir roh jahat dari seseorang, sambil menjerit dengan suara nyaring roh itu keluar dari orang itu (Markus 1:26).
Mengingat kata-kata dan tindakan-Nya yang demikian, Dia menjadi pemimpin yang dapat diandalkan. Dia memimpin yang berwibawa; bukan pemimpin “méncla-ménclé” seperti yang sering kita jumpai dalam dunia politik.
Minggu, 28 Januari 2024
Alherwanta O.Carm
