Bukti Bukan Janji

0
765 views
Ilustrasi - Ini bukti nyata, bukan semata-mata hanya janji. (Ist)

Senin, 14 Februari 2022

  • Yak. 1:1-11.
  • Mzm: 119:67.68.71.72.75.76.
  • Mrk. 8:11-13

MANUSIA selalu membutuhkan tanda sebagai bukti atas kebenaran atau fakta. Sebaik apa pun narasi yang bisa kita paparkan, akan lebih meyakinkan jika hal itu bisa disertai tampilan bukti yang kelihatan.

Tanda dapat menjadi alat bantu yang meyakinkan bahwa telah terjadinya sesuatu. Dengan melihat tanda yang ada, kata-kata menjadi begitu kuat.

“Tidak mudah menyakinkan bahwa saya telah berubah dan tidak seperti dulu lagi,” kata seorang bapak.

“Memang perbuatanku dulu tidak benar dan tidak sepantasnya aku lakukan,” katanya penuh sesal.

“Saya telah menghianati isteri saya, pada saat isteri saya mengandung anak yang pertama,” lanjutnya.

“Namun setelah peristiswa itu terbongkar, saya sungguh bertobat dan tidak mengulangi lagi,” ujarnya.

“Namun apa yang terjadi itu, memang menyayat hati isteriku dan sampai sekarang dia belum bisa mengampuni,” ujarnya lagi.

“Setiap kali dia marah, pasti dia mengungkit peristiwa itu,” lanjutnya.

“Saya sudah berusaha melupakan dan move on. Namun isteriku selalu menarik saya untuk mengingat itu dan berhenti di dalam peristiwa itu,” katanya.

“Bagi isteriku, perbuatanku adalah bukti yang nyata bahwa saya tidak setia dan tidak bisa dipercaya. Kini, dia minta bukti jika saya telah bertobat, dan tidak menjalin hubungan dengan perempuan lain,” katanya lagi.

“Padahal sejak peristiwa itu saya tidak ada lagi yang saya sembunyikan. Saya sangat terbuka padanya, namun dia tetap tidak percaya,” keluhnya.

“Perbuatan baik dan kesetiaanku yang telah aku perbarui dengan serius, sekaan tidak berarti dan tidak bisa mengubah pandangannya,” katanya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian:

“Maka mengeluhlah Ia di dalam hati-Nya dan berkata: “Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda.” 

Keterbukaan untuk merenungkan setiap peristiwa yang terjadi membantu diri kita menemukan hikmat Allah atas peristiwa hidup yang kita hadapi.

Hanya dengan hati terbuka dan kemauan untuk memahami dinamika batin seseorang dalam usahanya menata kehidupan yang lebih baik kita akan temukan tanda kebaikan seseorang.

Namun sikap keras dan ketikdakmampuan kita melimpahkan maaf kepada orang lain membuat kita tidak mampu melihat tanda perubahan.

Komplain dan menuntut sesuatu kepada orang lain dan kepada Tuhan cenderung jadi kebiasaan sebagian orang yang mengusik ketenangan jiwa.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku bisa melihat tanda yang menunjukkan perubahan seseorang?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here