KINI telah hadir buku baru karya Romo Fictorium Natanael Ginting OFMConv, imam muda Ordo Saudara Dina Konventual (OFMConv) – alumnus program studi spiritualitas Fransiskan di Italia.
Romo Fictorium OFMConv kini berkarya sebagai formator untuk para frater skolastik Fransiskan Konventual di Pematangsiantar, Sumut.
- Judul buku: Santo Fransiskus Assisi: Inspirator Dialog Lintas Iman, Persaudaraan, Cinta Sesama dan Semesta.
- Penulis: Romo Fictorium Natanael Ginting OFMConv.
- Terbit: September 2023.
- Penerbit: Yayasan Karsa Cipta Asa (YKCA) dalam bingkai kerjasama dengan Ordo Saudara Dina Konventual (OFMConv) Provinsi Maria Tak Bernoda Indonesia.
- Editor: Mathias Hariyadi.
- Desain & Tataletak: Paulus Nugroho Wisnu Dharsono.
Mencari relevansinya di zaman sekarang
Beberapa hal yang penting dan menarik itu adalah bisa menjawab sejumlah pertanyaan sebagai berikut.
1. Paus Jesuit tapi bersemangat Fransiskan
Mengapa Paus Fransiskus -seorang imam dan kardinal Jesuit yang pernah menjadi pemimpin umum Ordo Serikat Jesus Provinsi Argentina- dengan sangat sengaja malah telah memilih nama “Fransiskus” sebagai nama barunya sebagai Paus.
Padahal, kita semua tahu bahwa Fransiskus itu pendiri Ordo Fransiskan (OFMConv, OFMCap, dan OFM). Mengapa justru Paus Fransiskus tidak mau menyebut diri -misalnya- Paus Ignatius, padahal beliau adalah seorang Jesuit tulen.
2. Dialog dan komunikasi penuh persahabatan dengan Kaum Muslim
Mengapa Gereja Katolik dikesankan sangat antusias ingin selalu menjalin komunikasi dan jalinan persahabatan dengan para pemimpin agama-agama lain, tapi dan terutama dengan Islam?
Ini antara lain karena di bulan September 1219, Fransiskus justru berani dan nekad menemui Sultan Malik al Kamil di Damietta -beberapa kilometer jauhnya dari Kairo di Mesir. Fransiskus bersedia menempuh risiko perjalanan dari Italia menuju Mesir hanya demi sebuah misi mulia.
Fransiskus ingin meredakan ketegangan politik dan konflik bersenjata antara Dunia Barat (ke-Kristen-an) dengan Dunia Timur Tengah (Islam).
Pertemuan bersejarah itu terjadi di tengah berkecamuknya Perang Salib babak awal yang berlangsung kurun waktu tahun 1095-1291. Sebuah perang yang berlangsung dalam upaya Dunia Barat ingin merebut kembali Tanah Suci dari kekuasaan dan pendudukan asing.
Fransiskus berani menemui Sultan Malik al Kamil -keponakan Sultan Saladin- dengan risiko bisa dibunuh “lawan”. Tapi ternyata, Sultan Malik al Kamil justru malah berkenan menerima kehadiran Fransiskus dengan hangat. Bahkan, pertemuan itu terjadi dalam suasana persahabatan.
3. Dokumen Persaudaraan Insani untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama
Maka tidak mengherankan juga, bila tanggal 4 Februari 2019 lalu, Paus Fransiskus dengan atmosfir sukacita telah berprakarsa menemui Imam Besar al Azhar Ahmad el-Tayeb di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA).
Pertemuan itu menghasilkan babak sejarah penting, ketika kedua tokoh internasional itu berhasil meretas peristiwa bersejarah persahabatan mesra antara Gereja Katolik dan Masyarakat Islam.
Dengan ditandatanganinya oleh kedua tokoh besar itu atas sebuah naskah yang diberi titel Document on Human Fraternity for World Peace and Living Together.
4. Tradisi membuat Kandang (Gua) Natal
Mengapa Umat Katolik sampai sekarang masih “memelihara tradisi tahunan yakni biasa membuat Gua atau Kandang Natal jelang Hari Raya Peringatan Kelahiran Bayi Yesus?
Tradisi ini meretas dalam perjalanan sejarah, ketika muncul kerinduan amat kuat di hati Fransiskus untuk mengalami “Peristiwa Natal” dalam suasana alam yang bisa dibuat mirip “kondisi aslinya” di Bethlekem.
Maka, pergilah Fransiskus ke Greccio di Provinsi Rieti, Italia Tengah, pada malam Natal tahun 1223. Ia hadir di sebuah lahan perbukitan, ketika pada malam hari itu digelar peristiwa “Betlehem Baru”; lengkap dengan hadirnya sejumlah binatang, jerami, dinginnya malam, suasana sepi, dan lokasi terpencil.
5. Ensiklik Laudato Si’ yang “menggemparkan” dunia
Mengapa Paus Fransiskus di tahun 2015 merilis Ensiklik Laudato Si’ yang “menguncang” dunia?
Itu karena beliau memberi “peringatan penting” kepada masyarakat dunia bahwa jika kita tidak “melakukan sesuatu”, maka planet bumi -tempat semua manusia hidup- akan kehilangan daya dukungnya bagi kehidupan umat manusia.
Sudah menjadi “rahasia umum” bahwa Fransiskus selalu memperlakukan semua alam ciptaan sebagai “Saudara”. Karena itu, ia menyebut Saudara Bumi, Saudara Binatang, Saudara Bulan dan demikian seterusnya.
Di balik sebutan “Saudara” itu, tentu saja ada spiritualitas rohani yang sangat mendalam dan itu memang dihayati oleh Santo Fransiskus Assisi.
Maka, tidak mengherankan kalau sosok Santo Fransiskus Assisi selalu menjadi tokoh penting kepada siapa para aktivis Katolik dan pejuang konservasi lingkungan selalu ingin merujuk dan mengacu pada spiritualitas Fransiskan yang menghormati alam semesta, merawat, dan memeliharanya.
6. Tanggal 4 Oktober 2023: Dokumen baru Vatikan tentang Ekologi
Menjadi semakin menarik lagi, karena hadirnya buku baru dengan titel Santo Fransiskus Assisi: Inspirator Dialog Lintas Iman, Persaudaraan, Cinta Sesama dan Semesta ini muncul ke publik beberapa hari sebelum “tanggal penting”.
Pada tanggal 4 Oktober 2023 mendatang, Paus Fransiskus akan merilis sebuah dokumen baru yang juga penting untuk masa depan hidup umat manusia.
Konon, dokumen ini masih akan membahas soal ekologi. (Berlanjut)