Buku “Dari Batu Menjadi Daging”, Hadiah 50 Tahun Pesta Imamat Romo Sutopanitro Pr, Imam Praja Tertua di KAJ

0
1,910 views

Buku tentang Romo Sutopanitro PrJUDUL bukunya menarik yakni  Dari Batu Menjadi Daging, Ab Petra ad Carnem.  Ditulis oleh Martin Teiseran sebagai pelengkap istimewa bagi Romo Sutopanitro Pr yang akan merayakan pesta emas 50 tahun imamatnya sebagai imam diosesan di Keuskupan Agung Jakarta. Sekarang ini, dalam usianya yang ke-79, Romo Suto masih bergiat melayani umat Paroki Yakobus Kelapa Gading sebagai kapelan.

Sabtu tanggal 27 April pekan lalu berlangsung acara bedah buku di Aula Paroki Yakobus dengan nara sumber Martin Teiseran sebagai penulis, Prof. Albert Lawang dan Romo Anton Gunardi MSF.

Berikut ini kami tampilkan cuplikan tentang riwayat hidup Romo Suto di buku Dari Batu Menjadi Daging, Ab Petra ad Carnem di halaman 60 sebagaimana beberapa waktu lalu disampaikan Martin Teiseran:

“Spontan Pak Bei mengatakan, karena sekarang ia kalah maka ia minta dibaptis sebagai pemeluk agama Katolik. ”Karena ditantang oleh bapak, maka Romo Lucas SJ berusaha berdiri dengan maksud mengambil air putih, sebagai syarat membaptis seseorang menjadi Katolik. Tetapi tangan bapak dengan cepat menahan dan menarik lengan Romo Lucas SJ untuk duduk kembali sambil mengatakan, setelah saya mengaku kalah, saya mau menjadi Katolik saat itu juga. Romo boleh baptis saya, tetapi tidak boleh pergi dari tempat ini,” seperti ditirukan Romo Sutopanitro. Pak Bei mengutarakan alasan mengapa ia melarang Romo Lucas SJ meninggalkan tempat diskusi.

Pak Bei tidak bisa memastikan apakah yang akan bakal terjadi bila pembaptisan ini ditunda. Karena menurut pikirannya, bila ditunda ia tidak bisa menjamin. Apakah 97 muridnya merelakan gurunya dibaptis menjadi Katolik. Romo Lucas SJ tidak kehilangan akal.

Karena sudah 3 malam 3 hari mereka makan dan minum di situ, tentu nya ada sisa air di gelas-gelas minum. Lalu dengan air itu Romo Lucas SJ membaptis Pak Bei. Maka Pak Bei dibaptis menggunakan air teh dengan nama Bonifacius.”

Pada halaman 193 tertulis demikian:

“Pasutri  Aluinanto Sandjojo dan Esther Widyawati membenarkan sikap tegas dari Romo Sutopanitro Pr. Sebagai imam yang total menyerahkan waktu,jiwa dan raga untuk melayani umat, maka kedua pasutri ini amat memperhatikan kesehatan dari Romo Sutopanitro Pr. Belum lama ini, ketika mereka berdua mengikuti perayaan misa harian, romo Sutopanitro menderita sakit parah di tengah perayaan Ekaristi. Terpaksa umat memapah beliau dan mengantar ke Rumah Sakit Mitra untuk beristirahat beberapa waktu. Umat Katolik Kelapa Gading, memang mengkawatirkan kesehatannya, tetapi mereka tetap tidak berdaya menghalangi keinginan yang besar romo Sutopanitro Pr untuk tetap melayani umat. Mereka hanya bisa berdoa, agar beliau selalu sehat.”

Sumber dan photo credit: Martin Teiseran

Tautan: http://st-tarsisius.blogspot.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here