Buku Hasil Reuni Alumni Seminari Mertoyudan: “Yang Gagal Itu (Belum Tentu) Yang Berhasil”

0
62 views
Ketua Ikatan Alumni Seminari Mertoyudan (IASM) Markus Budiraharjo (kanan) menyerahkan buku menari bertitel "Yang Gagal Itu Yang Sukses" kepada Agus Nugroho (kiri). Buku ini merupakan rangkuman tulisan-tulisan dari para peserta Reuni Alumni Seminari Mertoyudan 6-7 Juli 2024 yang dikenal sebagai REAL Merto 2024. (Dono Sunardi)

Masih menyambung ungkapan judul di atas. Demikian pun yang sebaliknya berlaku dalam artikel ulasan buku bertitel Yang Gagal Itu Yang Sukses, hasil kumpulan tulisan para peserta Reuni Real Alumni Seminari Mertoyudan Juli 2024 lalu.

—————-

Perjumpaan dengan Mas Markus Budiraharjo, Ketua Ikatan Alumni Seminari Mertoyudan (IASM) di Kolese Santo Yusuf (Kosayu) Malang pada kesempatan Natalan Alumni Merto Jatim tanggal 12 Januari 2025 itu ditandai dengan sesuatu yang istimewa bagi saya.

Mas Markus menepuk pundak saya dan mengajak saya ke sebuah meja. Di atas meja tersebut, selain ada perangkat sound system untuk keperluan acara Natalan juga ada dua tumpuk buku bersampul kuning. Mas Markus mengambil satu eksemplar darinya dan menyerahkannya pada saya.

“Ini, Mas Dono. Satu saya berikan ke kamu secara gratis sebagai pengurus Merto Jatim.”

Saya yang selalu suka pada buku, tentu saja, dengan senang hati menerimanya.

Namun, tidak ada yang namanya makan siang gratis. Kecuali dalam janji kampanye yang, untuk memenuhinya, membutuhkan banyak sekali dana dan upaya. Sehingga sampai 100 hari setelah pelantikan pun, program flagship tersebut masih berjalan tertatih-tatih.

Saya yakin akan kebenaran pepatah itu dan keyakinan tersebut terbuktikan ketika dalam sepersekian tarikan nafas kemudian Mas Markus menambahkan, “Tolong kamu reviu ya. Kamu kan suka nulis juga.”

Nah, betul kan? Setelah saya makan umpannya, kail pun ditarik oleh si pemancing. Saya, tentu saja, hanya kembali mengangguk sambil mengulum senyum terhadap permintaan tersebut.

***

Buku yang diberikan Ketua IASM kepada saya itu berjudul Yang Gagal Itu yang Sukses. Sekilas, judul tersebut terkesan sebagai berikut:

  • Kontradiktif karena memadankan dua keadaan atau situasi yang berkebalikan, yaitu gagal dan sukses.
  • Dan seperti kata-kata bijak dari para motivator dan praktisi pengelolaan kekayaan dan keuangan yang videonya bolak-balik muncul lini masa YouTube saya.  Namun demikian, setelah saya mulai membaca halaman demi halaman buku tersebut, saya menjadi tahu bahwa dua kesan awal saya tersebut bisa jadi kurang tepat.

Saya awali dari kesan saya yang kedua. Kata-kata yang menjadi judul buku tersebut tidak berasal dari motivator atau praktisi pengelolaan keuangan dan kekayaan.

Buku bertitel “Yang Gagal Itu Yang Sukses” ini merupakan kumpulan tulisan-tulisan dari para peserta Reuni Alumni Seminari Mertoyudan 6-7 Juli 2024 lalu yang dikenal sebagai REAL Merto. (Dono Sunardi)

Kata-kata itu keluar dari mulut seorang mantan guru SMA de Britto, pelaku seni, dan bintang tamu dalam kegiatan Reuni Alumni Seminari Mertoyudan (REAL Merto) tanggak 6-7 Juli 2024 yang lalu, yaitu Den Bagus Ngarso.

Saya, dan siapa pun, yang semasa kecil cukup familier dengan acara Mbangun Desa di TVRI Jogja tentu tak asing dengan Den Baguse Ngarso yang digambarkan sebagai sosok yang ngeyelan, pethakilan, dan nggapleki ini.

Kata-kata itu (“Yang gagal itu yang sukses”) mungkin dimaksudkan untuk menunjuk pada alumni Seminari Mertoyudan yang gagal dalam mencapai tujuan awalnya masuk sekolah calon imam tersebut, yakni imamat mulia. Tetapi justru sukses dalam kehidupannya di dunia luar. Yang tidak berhasil menjadi imam itu berhasil menjadi profesional, pengusaha, ayah.

Mungkin lho. Karena ini hanyalah interpretasi saya setelah saya selesai membaca buku tersebut. 

Terkait kesan pertama, yang timbul di pikiran saya justru adalah pertanyaan: apakah definisi dari ‘gagal’ dan ‘sukses’ itu? Walaupun di berbagai situasi (dan institusi) ada standar yang ditetapkan untuk mengukur ‘kegagalan’ atau ‘kesuksesan’ sebuah upaya, tetapi konsep kegagalan dan kesuksesan sejatinya jauh lebih luas, dalam, dan bias daripada sekadar pemenuhan standar baku.

Ada yang mencapai standar tetapi tidak bisa dianggap sukses, mungkin karena standarnya terlalu rendah atau hal lain. Juga, tidak jarang apa yang dianggap sukses oleh seseorang atau sekelompok orang dipandang sebagai kegagalan oleh yang lain. Seringkali pula bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segala upaya.

Karena benar kata pepatah: kegagalan bisa menjadi awal kesuksesan. Jadi: Yang gagal itu yang sukses, apakah maksudnya?

  • Benarkah seperti yang saya interpretasikan dari ucapan Den Baguse Ngarso di atas?
  • Apakah kaitannya itu dengan REAL Merto? Lebih jauh lagi, apakah tujuan hidup kita di dunia yang semestinya menjadi landasan paling dasar dan solid dalam menilai apakah hidup kita itu gagal atau sukses? 

*** 

REAL Merto seperti yang di-jlentreh-kan dalam buku Yang Gagal Itu yang Sukses (YGYS) merupakan reuni lintas angkatan yang dikoordinasi dan diselenggarakan oleh IASM (Ikatan Alumni Seminari Mertoyudan). Acara reuni ini merupakan kelanjutan sekaligus revisi dari rangkaian kegiatan reuni di beberapa tahun pra-Pandemi yang dikemas dalam wadah ATM (Alumni Tilik Merto) di mana kepanitiaannya diserahkan kepada angkatan-angkatan yang ditunjuk.

REAL Merto 2024 sendiri diadakan pada 6-7 Juli 2024 dengan mengambil tempat, tentu saja, di Seminari Mertoyudan, Magelang.

REAL Merto mengedepankan keguyuban sebagai sesama saudara yang pernah menimba dari air yang sama, belajar di bangku sekolah dan kehidupan yang sama, mencoba mengolah hidup dan memaknai masa muda dengan cita-cita yang sama pula.

Jika pada akhirnya, ada yang sukses mencapai cita-cita awal, yaitu sampai pada jenjang imamat, serta banyak yang “tidak sukses” karena memilih sendiri atau dipilihkan oleh keadaan jalan hidup yang lain, itu tidak membuat perbedaan berarti.

Di REAL Merto, menyitir ucapan mas-mas atau mbak-mbak di POM bensin, semuanya berawal dari nol lagi.

Wajah depan Seminari Mertoyudan dulu. Dengan ciri khasnya di sisi kanan-kiri jalan utama masuk seminari berdiri gagah aneka pepohonan pakis raja. (Seminari Mertoyudan)

Ada banyak kisah yang dituliskan dalam buku YGYS ini. Terdapat enam bagian besar yang mengategorisasi tema-tema dalam buku ini, mulai dari:

  • Gambar Besar (Bagian I).
  • Perihal Makanan (Bagian II).
  • Kesehatan (Bagian III).
  • Kepedulian Sosial (Bagian IV).
  • Penyerahan Diri (Bagian V).

Menyongsong Masa Depan (Bagian VI).

Tiap-tiap bagian besar tersebut berisi bab-bab, yang bervariasi masing-masing bagiannya, tetapi sebagai keseluruhan mencakup 34 bab. Lebih jauh, ke-34 bab tersebut berisi kisah-kisah individual dari para pelaku reuni.

Fun fact: hanya 6 dari 34 bab di buku ini yang benar-benar ditulis sendiri oleh pelaku reuni, karena sisanya dituturkan secara lisan kepada Mas Markus untuk kemudian dinarasikannya secara tertulis.

Peran Presiden IASM memang sentral dalam terbitnya buku bersampul kuning ini. Namun, yang tidak kalah penting adalah dorongan dari Pak Sentot Suciarto (KPP 77) yang memicu Mas Markus ‘membukukan catatan-catatan kecil’ dari REAL Merto. 

Reuni adalah momen kembali ke masa lalu, di mana kita ditantang untuk menghadapi masa tersebut.

  • Apakah kita berani menerimanya?
  • Apakah kita berani bertemu teman-teman dari masa lalu?

Demikian tantang Romo Benny Harry Juliawan (KPP90) yang adalah juga Provinsial Yesuit Indonesia. Masa lalu tidak selalu menjadi nostalgia akan yang indah, manis untuk dicecap. Masa lalu kadang juga memiliki momoknya sendiri yang belum sempat kita urai dan selesaikan dengan sebaik-baiknya.

Mungkin ada trauma yang belum sempat teratasi, ada hal yang masih memberi mimpi buruk, ada kemarahan yang belum tersalurkan. Belum lagi, kalau reuni adalah ajang untuk pamer kesuksesan duniawi, menunjukkan kepada teman-teman betapa sudah suksesnya saya dan seterusnya.

Namun, untungnya, REAL Merto jauh serta dijauhkanlah dari hal yang terakhir ini. 

Kalau kita baca halaman demi halaman dari YGYS, salah satu kesan terkuatnya adalah betapa menyenangkannya pertemuan lintas angkatan ini. Suasananya gayeng, guyub, penuh keakraban; tanpa membedakan angkatan dan keadaan saat ini.

Mulai dari kedatangan di seminari yang disambut dengan hangat oleh panitia yang dikomandoi dari kelompok Lintang Merdu, makan malam, satay night, sampai misa di Kapel Besar. Tampaknya, apa yang dikhawatirkan mengenai kembali ke masa lalu yang tidak selalu menyenangkan, karena ada luka-luka batin lama yang mungkin terkorek tidak benar-benar terjadi, atau hanya terjadi level mikro dan sangat personal.

Semoga karena luka-luka tersebut memang sudah berhasil disembuhkan lewat berbagai cara dan oleh waktu; atau bisa jadi (ini hanya asumsi saya) luka tersebut memang tidak perlu lagi dilihat dan dipertontonkan. Ini adalah reuni: saatnya mereguk kembali udara yang sama. 

Hampir semua yang tertulis di dalam buku YGYS mengonfirmasi betapa REAL Merto adalah kesempatan yang sangat istimewa untuk kembali recharge and reconnect dengan sumber.

Pakde Kancil (Suhariyanto, CP 67) menyampaikan tentang rasa kebersamaan yang mendalam, kesempatan untuk memperkaya diri serta berhubungan lebih kuat dengan sesama Mertois. Untuk dapat merasakan keistimewaan semacam ini.

Buku dengan judul “Yang Gagal Itu Yang Sukses” juga diserahkan oleh Ketua Ikatan Alumni Seminari Mertoyudan (IASM) Markus Buriraharjo (kanan) kepada Romo Isdaryanto SVD, Mertois 77, saat berlangsung pertemuan Natal dan Tahun Baru segenap alumni Seminari Mertoyudan di Jawa Timur. (Dono Sunardi)

Pakde Hajar (CP 63), pensiunan Depkeu, bahkan ikhlas untuk berganti moda transportasi tiga kali agar bisa menyambangi Seminari Mertoyudan. Perjalanan dari Delanggu, Klaten, dimulai dengan sepeda motor, dilanjut dengan kereta api, sebelum diakhiri dengan bus.

Estafet perjalanan yang menunjukkan betapa REAL Merto layak dirindu dan diperjuangkan. Sungguh sebuah perjuangan untuk pribadi seusia beliau. 

Namun, REAL Merto bukan sekadar soal kembali ke akar. REAL Merto juga memiliki aspek memandang ke depan. Tentang hal ini, ada satu bab yang secara khusus menarik perhatian saya.

Bab yang saya maksud ditulis oleh Pak Gabriel Parwoko (KPP81) dengan judul “Reuni Dedowo Umur” (Reuni Memperpanjang Usia). Pak Gabriel menulis: reuni bukan sekadar bertemu teman lama, tetapi juga tentang memperbarui komitmen terhadap persahabatan dan menghargai perjalanan hidup bersama. Setiap reuni menjadi momen untuk mengingat masa lalu dengan penuh syukur, dan untuk melihat ke depan dengan harapan.”

Memang, begitulah di acara REAL Merto ini, perjumpaan tidak semata-mata untuk mengenang, tetapi juga untuk membayang dan berjejaring. Siapa tahu ada kesempatan dan peluang yang muncul dan dapat bermanfaat.

Salah satunya seperti dijalankan oleh teman seangkatan saya, Wisnu Binawan (KPP92) yang memperkenalkan produk buatannya di kegiatan REAL ini, yaitu kaos Asuog dan jahe emprit. 

Keluarga adalah aspek penting lain yang diangkat dalam buku YGYS. Di buku ini, ditampilkan tiga narasi dari para isteri Mertois. Mereka menyampaikan kesan dan harapan mereka terhadap kegiatan REAL Merto (dan kepada para suami). Mereka juga bercerita tentang lika-liku menjadi isteri eks-seminari, yang sering mereka lihat njlimet, mbulet, dan overthinking. 

Buku bertiel “Yang Gagal Itu Yang Sukses” ini merupakan kumpulan tulisan-tulisan dari para peserta Reuni Alumni Seminari Mertoyudan 6-7 Juli 2024 lalu yang dikenal sebagai REAL Merto. (Dono Sunardi)

Secara keseluruhan, buku YGYS enak dibaca dan layak direnungkan halaman demi halamannya, terutama bagi mereka yang pernah menimba dari air dan sumur yang sama. Seminari Mertoyudan bukan sekadar tempat atau sekolah, karena di dalamnya kisah dan perjuangan manusia-manusia muda yang memiliki cita-cita meluaskan kerajaan Allah dicipta, dipupuk, dibantunkan, dan akhirnya berbuah lebat.

Semoga semua dapat menarik manfaat dari buku ini dan menggapai kesuksesan, apa pun itu takaran dan bentuknya, sebab kesuksesan terutama dan mendasar dari hidup adalah bila kita mampu menggenapi tujuan penciptaan kita semua dan masing-masing: Ad Maiorem Dei Gloriam. Demi kemuliaan Tuhan yang lebih besar. 

Dono Sunardi

KPP-92, dosen Universitas Ma Chung Malang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here