Buku “’Melati di Taman Keberagaman’’ dan Gerakan Perempuan Lintas Profesi dan Agama (2)

0
220 views
Ilustrasi: Persahabatan lintas agama antara suster biarawati dan seorang ibu (Romo Kopong MSF)

SETIAP bulan Oktober,  bangsa Indonesia memeringati dua peristiwa penting yakni Hari Kesaktian Pancasila dan Sumpah Pemuda.

Kedua peringatan yang jatuh di bulan yang sama ini memiliki makna yang berkaita. Terutama melihat situasi bangsa saat ini di tengah pengaruh kekuatan global dan juga fakta bahwa banyak peristiwa menunjukkan bangsa kita sedang diuji persatuannya.

Pancasila sakti

Tanggal 1 Oktober merupakan peringatan Hari Kesaktian Pancasila.

Salah satu momen yang melepaskan negara Indonesia dari pemberontakan G30S/PKI 1965 yang menewaskan para jenderal terbaik di Indonesia.

Pancasila memiliki peran strategis sebagai fondasi dasar negara.

Selain itu, Pancasila memiliki makna sebagai pedoman dasar untuk mengatur penyelenggaraan ketatanegaraan yang meliputi bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya serta pertahanan dan keamanan.

Oleh karena itu, peringatan Hari Kesaktian Pancasila bisa dijadikan kebangkitan bagi kita semua untuk meningkatkan rasa nasionalisme dan patriotisme yang cenderung mulai luntur.

Sumpah para pemuda Indonesia

Halnya dengan sumpah pemuda yang diperingati pada 28 Oktober merupakan peristiwa penting yang mampu membakar semangat pemuda-pemudi dari seluruh Indonesia.

Dengan dilaksanakannya “Sumpah Pemuda”, perjuangan yang awalnya bersifat kedaerahan akhirnya mampu disatukan oleh janji kesatuan.

Peristiwa Sumpah Pemuda yang dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 1928  hingga kini diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.

Berawal dari inisiatif para pelajar Indonesia yaitu PPPI (Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia) serta para cendekiawan Indonesia yang bercita-cita menyatukan seluruh organisasi pemuda di Indonesia. 

Momentum

Mengambil momen peringatan Kesaktian Pancasila dan Sumpah Pemuda ini, kami Kelompok PELITA (Perempuan Lintas Agama) yang berasal dari berbagai organisasi perempuan berbasis agama yang telah dipertemukan dalam forum Australia Awards Indonesia ‘’Leadership Course for Multi-Faith Women Leaders’’ 2018 di Deakin University, Melbourne, Australia.

Karena itu, kami pertama-tama bermaksud menyelenggarakan talkshow.

Program ini ditujukan pertama untuk mempertemukan lebih banyak pemimpin perempuan dari berbagai organisasi dan profesi guna menyegarkan kembali rasa persatuan bangsa dan berkomitmen untuk mendukung dan  mengembangkan program-program kebangsaan dan keberagaman guna merawat persatuan Indonesia.

Kami menyadari bahwa begitu banyak peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini justru mengarah pada intoleransi yang mengangkat perbedaan antar suku, agama maupun golongan.

Hal mana sungguh telah jauh dari cita-cita luhur para pahlawan bangsa yang telah berkorban nyawa untuk mempersatukan bangsa Indonesia.

Kedua, memperkuat jaringan kerjasama antar organisasi yang memiliki misi dan visi yang sama, juga dalam rangka mengangkat isu-isu terkini seputar keterwakilan perempuan, perdagangan manusia dan penghayat kepercayaan agar tercipta solusi terbaik guna mengatasi persoalan-persoalan tersebut.

Sebagai pemimpin dari organisasi perempuan kami sungguh menyadari bahwa perempuan memiliki kekuatan besar untuk menjadi agen pemersatu bangsa.

  • Pertama peran perempuan dalam keluarga yang adalah pendidikan utama calon-calon penerus bangsa.
  • Kedua, organisasi perempuan yang umumnya bergerak dari akar rumput, tingkat desa atau kecamatan, provinsi hingga nasional bahkan merambah lebih luas lagi di ajang internasional merupakan gerakan yang strategis untuk dapat terus menggaungkan dan menumbuh kembangkan kekuatan dalam kebhinekaan.

Kegiatan

  • Talkshow bertema ‘’Kepemimpinan Perempuan dalam Merawat Keberagaman”
  • Narasumber dari Kementerian terkait, Tokoh Perempuan, Pakar Kepemimpinan dan Informasi Teknologi.
  • Direncanakan Rabu, 30 Oktober 2019 di Jakarta.
  • Target peserta : 200 orang dari lintas organisasi, akademisi, aktivis, profesional dan wirausaha.
  • Di antaranya adalah Muslimat Nahdhatul Ulama , Perhimpunan Pemuda Hindu, Nasyiatul Aisyiyah , Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia, Anak Bangsa Berakhlak Mulia Foundation, Sabang Merauke, Milenial Islami, Indika Foundation, Oase Intim, Perwakilan Umat Buddha Indonesia,Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Kementrian Agama RI, Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia, Wanita Katolik RI, Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kristen Sumba, Komnas Perempuan, Sekretariat Gender dan Pemberdayaan Perempuan, Konferensi Wali Gereja Indonesia , Persekutuan Gereja-gereja Indonesia, Aisyiyah, Wahid Foundation, UIN Walisongo, Kitong Bisa Learning Center & Sekolah Tinggi Agama Kristen Merauke, Muslimat Mathla’ul Anwar & MUI,Parisadha Buddha Darma Niciren Syosyu Indonesia, Fatayat Nahdlatul Ulama JawaTimur, Institute of Southeast Asian Islam (ISAI), UIN Kkalijaga/Kalijaga Islamic, Kongres Wanita Indonesia (Kowani), Gabungan Organisasi Penyelenggara Taman Kanak-Kanak Indonesia (GOPTKI), Alumni Australia Awards Indonesia, Universitas Indonesia dan universitas-uiversitas mitra lainnya di Jabodetabek, wartawan dari media relevan
  • Peluncuran buku Melati di Taman Keberagaman – Praktik Kepemimpinan Inklusif di Indonesia dan Australia.
  • Donasi dari penjualan buku untuk kegiatan penanganan korban buruh migran yang dilakukan oleh Suster Cargo di NTT serta pembangunan sekolah di Papua pasca kerusuhan oleh Kitong Bisa Learning Center.

Inisiator dan tim kerja

  1. Mathilda AMW Birowo (Universitas Indonesia, Sahabat Insan Jakarta).
  2. Ayu Kartika Dewi (Sabang Merauke, Jakarta).
  3. Ari Widhyasari (DPN Perhimpunan Pemuda Hindu, Jakarta).
  4. Amelia Abdullah (Pimpinan Pusat Muslimat Nadhatul Ulama,Jakarta).
  5. Siti Kholisoh (Wahid Foundation, Jakarta).
  6. Siti Rofiah (UIN Walisongo, Semarang).
  7. Sonnya M. Iniplaita (Kitong Bisa Learning Center, Merauke).
  8. Wiwin Siti Rohmawati (Institute of Southeast Asian Islam, Yogya)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here