
PASTOR James “Jim” Martin SJ dengan jujur dan blak-blakan mengakui pengetahuannya tentang iman Katolik hanya didapat semata-mata dari Sekolah Minggu. Hanya sampai umur sembilan tahun saja.
Ini pun terpaksa dia lakoni karena harus ikut “pelajaran agama” ini menjadi prasyarat boleh menerima Komuni Pertama dan Sakramen Krisma.
Dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi, Jim tidak lagi mendapat pelajaran agama Katolik secara formal. Ia belajar di sekolah negeri.
Maka ketika ia mendadak merasa “terpanggil” menjadi pekerja di “kebun anggur” Tuhan dan kemudian memilih masuk Yesuit, dia langsung sadar diri betapa minim pengetahuannya akan iman Katolik.
Kisah sederhana itu dia ceritakan di dalam buku In Good Company (2010). Kini, telah terbit versi bahasa Indonesianya. Dengan judul Rahasia Menjadi Yesuit (Maret 2022).

Siapakah Allah baginya
Jim mendadak bingung, ketika diminta oleh pastor pembimbing retret untuk merefleksikan siapa itu Allah baginya.
‘Pertanyaan bodoh’ itu sampai membuatnya merenung sejenak – dengan sejuta kebosanan.
Allah bagi Jim Martin SJ adalah Sang Maha Baik – yang menjadi solusi atas segalanya. Seperti ketika dia masih sekolah, saat menemui ujian yang sulit, maka Jim akan sungguh-sungguh berdoa agar Allah itu akhirnya berkenan memberi jawaban baginya.
Pikirannya lalu ngelantur kemana-mana. Karena harus mendapatkan jawaban yang mungkin ‘tepat’ untuk menukas pertanyaan konyol dari pastor pembimbingnya. Sampai ia khawatir jangan-jangan dia memang tidak cocok menjadi seorang Yesuit.
“Tidak apa-apa,” kata Pastor Ron, sang pembimbing. “Berikutnya, jangan berusaha mau berkonsentrasi. Kamu boleh saja membiarkan pikiranmu berkelana. Dan pikirkan sedikit tentang ini: Siapakah Yesus?”
Haiya. Ini lagi-lagi sebuah pertanyaan konyol.
Banyak gelar disematkan pada Yesus
Mulailah Jim Martin secara giat intensif membuat daftar segala ‘gelar’ yang kiranya layak disandang Yesus – menggali ingatan pelajaran agama di Sekolah Minggu.
Setelah selesai, ia berhenti berpikir. Lalu, memutuskan menikmati kehangatan matahari sambil duduk di rumput. Saat itu,tiba-tiba mulai terbersit gagasan bahwa Yesus adalah seorang sahabat.
Hatinya mendadak dipenuhi kegembiraan dengan gagasan tersebut.
Yesus sebagai teman seperjalanan dalam hidup. Betapa hepinya dia berbaring di rumput sambil memandang langit cerah tanpa awan dengan gagasan baru tersebut.
Pikirnya, sungguh sangat menyenangkan berada-bersama-dengan Yesus, juga ditemani oleh-Nya, dapat mengandalkan Dia layaknya seperti bisa mengandalkan seorang teman yang baik.
Pada hari berikutnya, Jim lalu menyodorkan sejumlah daftar gelar Yesus yang telah dibuatnya kepada Pastor Ron SJ.
Setelah selesai menyampaikan semua itu, maka Jim pun berkata demikian.
“Sebenarnya saya juga memperoleh gagasan lucu. Kata ‘sahabat’ tiba-tiba saja langsung muncul di dalam benak saya.
Lalu, saya mulai membayangkan betapa indahnya, jika Yesus benar-benar menjadi sahabat. Seperti seorang teman, yang kepadanya saya dapat bercerita dengan rileks dan bebas. Saya senang memikirkan bagaimana seandainya hal itu juga bisa terjadi.”
Pastor Ron SJ lalu menyandarkan badannya ke kursi, kemudian tersenyum dan berkata, “Kukira, kini engkau sungguh sudah mulai bisa berdoa.”
“Omong-omong,” kata Pastor Ron SJ di akhir retret itu, “mungkin juga menarik bagimu mengetahui bahwa nama awal dari Ordo Serikat Yesus sebenarnya Company –atau Companions– of Jesus yang berarti Sahabat Yesus.”
Wow.
Bagi seseorang yang sedang mencari tanda apakah ia sungguh ‘dipanggil’, hal ini jadi penting.
Meskipun sangat sederhana dan lembut, demikian kata Jim Martin dalam bukunya Rahasia Menjadi Yesuit, tapi kesadaran baru akan Yesus sebagai sahabat itu telah menunjukkan, “Kini, aku sedang menuju ke arah yang tepat.” (Berlanjut)