SETIAP orang, masing-masing, pasti punya (sejarah) panggilannya sendiri.
Pastor James “Jim” Martin SJ dalam bukunya Rahasia Menjadi Yesuit: Tanggalkan Jas Berdasi demi Jubah (Maret 2022) mengatakan sebagai berikut.
“Masing-masing kita ‘ditarik’ melakoni panggilan-panggilan tersebut. Utamanya, panggilan itu kita rasakan melalui dambaan-dambaan perasaan terdalam yang selalu saja bergejolak membuncah di dalam batin dan benak kita.
Namun, yang akhirnya baru benar-benar berhasil kita ‘temukan’ dengan harus melalui proses mengolah hidup yang sedemikian lama dan panjang.
Atau, bahkan bisa langsung terjadi begitu saja di waktu tertentu secara tiba-tiba sehingga mendadak kita lalu merasa sangat tertarik akan suatu pola hidup sangat khas dan tertentu.”
Ungkapan tersebut ditulisnya dalam pengantar khusus edisi ke-10 buku In Good Company yang pertama kali terbit di tahun 2010.
Tentunya, ini bagian jawaban kenapa dia secara drastis akhirnya memutuskan diri mau berubah haluan dari dunia bisnis ke biara. Pindah jalan hidup dari karier gemilang di perusahaan raksasa skala global General Electric ke hidup sederhana di dalam sebuah tarekat religius internasional: Ordo Serikat Yesus atau Yesuit.
Pembekalan agama Katolik hanya sampai usia 10 tahun
Bersekolah di sekolah negeri -bukan sekolah Katolik- membuat “asupan rohani” pembekalan agama James Martin sama sekali tidaklah tinggi.
Apalagi ia hanya bisa mengikuti program “pelajaran agama” model Sekolah Minggu sebagai syarat untuk boleh mendapatkan Komuni Pertama dan Sakramen Krisma.
Setelah mendapatkan sakramen-sakramen tersebut, Jim Martin SJ jujur mengakui dia telah kehilangan minatnya terus ikut Sekolah Minggu.
Baginya, pelajaran yang didapat di Sekolah Minggu semakin menjemukan – satu tahun penuh hanya mempelajari Kitab Suci Perjanjian Lama yang bahkan sebagian besar isinya tidak sampai membekas di benaknya.
Terus terang, ia tidak suka menghabiskan waktu hari Minggu-nya berada di Sekolah Minggu.
Ditulis saat sakit di Kenya
Buku The Good Company ini ditulis Frater James Martin SJ, ketika dia diinstruksikan dokter harus berstirahat total selama dua bulan di Nairobi, Kenya – tempat dia harus menjalani pembinaan sebagai calon imam Yesuit.
Ketika itu, ia terkena infeksi mononucleosis.
Tetapi naskah tersebut baru diterbitkan delapan tahun kemudian, setelah buku-buku lainnya beredar.
Bagi James Martin SJ, Tuhan berkarya “datang” menyapanya melalui dambaan-dambaan perasaannya yang terdalam.
Panggilan itu muncul di tengah kesulitan hidup dan perasaan jenuh di dalam pekerjaannya. Dan itu terjadi berkat sebuah tayangan film TV, sebuah film dokumenter singkat tentang sosok seorang pertapa Trappist bernama Pastor Thomas Merton OCSO.
Siapa yang perlu membaca buku ini
Buku Rahasia Menjadi Yesuit ini sesuai untuk mereka yang masih terus mencari kebenaran iman.
Termasuk juga mereka yang masih dihantui keragu-raguan, yang tak peduli akan Tuhan, dan bahkan yang tidak beriman sama sekali alias ateis.
Buku ini cocok untuk para anak muda. Apalagi untuk orang-orang yang merasa ada panggilan untuk menjadi pekerja di ladang Tuhan.
Dan tentunya juga penting bagi orangtua para religius. Supaya mereka bisa mendapat gambaran seperti apa sih kalau anaknya nanti bergabung masuk dalam suatu tarekat religius seperti Yesuit.
Dalam bahasa James Martin SJ: “Tidak begitu gila.” (Berlanjut)