Buluh yang Terkulai dan Sumbu yang Pudar

0
61 views
Les Miserables by Victor Hugo

Puncta 20.07.24
Sabtu Biasa XV
Matius 12: 14-21

KAUM Farisi sering berkonfrontasi dengan Yesus. Mereka tidak suka Yesus memperlakukan para pendosa. Bagi Kaum Farisi, para pendosa harus dihukum, entah itu secara agama atau sosial. Mereka harus dijauhi dan disingkirkan.

Yesus punya pandangan lain. Para pendosa ini justru harus didekati, diterima dan diampuni. Yesus menerapkan hukum kasih, bukan hukum yang mematikan orang. Yesus bergaul dengan para pendosa, mengampuni dan menerima mereka.

Perbedaan pandangan dan sikap ini yang membuat perseteruan Kaum Farisi dengan Yesus makin tajam. Mereka membenci Yesus dan para murid-Nya. Mereka bersekongkol untuk menyingkirkan dan membunuh Yesus.

Kalau anda melihat film Les Miserables, sikap kasih dan pengampunan diberikan oleh Uskup Myriel yang menerima bekas narapidana Jean Valjean.

Ia memberi tumpangan, menginap di pastoran. Ia mengampuni narapidana itu yang mencuri senduk garpu perak yang baru saja dipakai makan bersama dengan sang uskup.

Kaum Farisi diwakili oleh Inspektur Javert. Ia berpendapat, orang jahat selamanya akan bertindak jahat. Mereka harus dihukum dan disingkirkan dalam masyarakat. Hukum harus ditegakkan tanpa pengampunan.

Bagi Yesus kasih harus diutamakan lebih dari segalanya. Walaupun harus menghadapi banyak tantangan dan kesulitan, tetapi mengasihi dan mengampuni mesti diperjuangkan tanpa kenal lelah.

Tindakan Yesus itu digambarkan oleh nubuat Yesaya. “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang,” kata Sang Nabi.

Sebesar apapun kesalahan orang, ia tetap diberi kesempatan untuk hidup. Seperti buluh yang patah terkulai tidak akan dipotong atau sumbu yang pudar tidak akan dipadamkan. Tetapi mereka diberi kesempatan untuk hidup dan berkembang.

Saya teringat pesan Mgr. Suharyo. Beliau pernah berkata kepada para imamnya, “Yen salah tak apura, yen bener lan apik terusna (Kalau berbuat salah, saya ampuni. Kalau benar dan baik, lanjutkan)”.

Inilah wujud sikap Yesus yang tidak memangkas buluh yang terkulai dan sumbu yang pudar nyalanya. Tetapi diberi kesempatan untuk tetap hidup dan berbuah.

Marilah kita kembangkan semangat belas kasih dan pengampunan. Paling tidak kita berusaha memahami dan mengerti orang lain tanpa menghakimi lebih dahulu.

Ke Semarang ikut pertandingan,
Kompas Klara yang jadi juaranya.
Kasih adalah hukum dari Tuhan,
Pengampunan adalah wujud nyatanya.

Cawas, mari saling mengasihi
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here