TUHAN itu kasih yang luar biasa. Kasih dan pengampunan-Nya tidak pernah berakhir, sedangkan amarah-Nya hanya sebentar.
Itulah sebagian pesan yang bisa ditemukan dalam bacaan hari ini (Kejadian 8: 6-13.20-22).
Hujan yang menyiram bumi berhenti. Tetapi daratan belum kelihatan. Nuh menunggu saat bisa keluar dari bahtera. Dia melepaskan burung merpati dari bahteranya, tetapi dia kembali (Kejadian 8: 8-9).
Ketika merpati itu dilepaskan untuk kedua kalinya, dia kembali dengan daun zaitun di paruhnya (Kejadian 8: 11). Lalu, mengertilah Nuh bahwa air telah berkurang di atas bumi.
Sampai kini orang menggunakan simbol burung merpati dan daun zaitun itu. Apa maknanya? Pertama, burung merpati itu simbol perdamaian.
Sedangkan, daun zaitun melambangkan pengampunan.
Perdamaian hanya mungkin jika ada pengampunan. Selama masih ada amarah, dendam, sakit hati, dan sikap tidak mau mengampuni, orang sulit mengalami damai.
Bukan hanya damai dalam kehidupan bersama, melainkan juga tiada damai di hatinya sendiri.
Tuhan mengampuni manusia dan mengakhiri air bah. Lebih dari itu, Tuhan bersumpah bahwa Dia tidak akan menghancurkan bumi lagi dan tidak akan membinasakan segala yang hidup (Kejadian 8: 21).
“Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya; Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan.” (Kejadian 8: 21).
Dengan demikian, bumi menjadi tempat yang layak manusia huni. Tanah menghasilkan yang manusia perlukan.
“Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam.” (Kejadian 8: 22).
Menjadi tanggung jawab manusia menjaga damai di atas bumi. Untuk itu, mereka perlu saling mengampuni.
Keduanya dilambangkan dalam burung merpati dan daun zaitun.
Rabu, 15 Februari 2023
Alherwanta, O. Carm.
