Buta karena Nafsu, Terbuka karena Kesetiaan

0
713 views
Ilustrasi (ist)

Selasa, 6 Juli 2021

Kej.31:22-32.
Mat.9:32-38.

CINTA itu buta. Benarkah? Tidak ada yang melihat begitu jelas, selain cinta.

Yang buta adalah nafsu.

Nafsu untuk memiliki orang lain, jabatan, harta kadang membutakan mata hati hingga tidak melihat kebenaran dan hanya melihat apa yang dibutuhkan diri sendiri.

“Telah bertahun-tahun lamanya, saya mengejar bayangan kenikmatan,” kata seorang bapak.

“Saya tinggalkan anak isteri, dan berpetualang dari satu perempuan ke perempuan lain,” lanjutnya.

“Saya dibutakan oleh keinginan untuk mendapatkan kenyamanan sebanyak-banyaknya,” tuturnya.

“Tanpa saya sadari semakin lama, irama hidupku semakin terseret dalam arus nafsu yang dalam,” lanjutnya.

“Saya sungguh dibutakan oleh nafsu hingga tidak melihat kesetiaan dan ketulusan kasih isteri dan anak-anakku,” sambungnya.

“Tuhan punya cara untuk membuka matahatiku,” katanya.

“Mataku terbuka ketika anak perempuanku mengalami kecelakaan yang membuat dia koma. Di samping ranjangnya, saya berjanji akan menjadi ayah yang benar, jika anakku sadar dari komanya,dan bisa sembuh” kenangnya.

“Anakku sadar dan sembuh hingga bisa kuliah seperti dulu lagi,” katanya.

“Saya melihat bahwa jalan sesat yang saya lalui adalah jalan kesia-sian belaka. Saya tidak pernah menemukan yang saya kejar, dan cari selama petualangan itu,” kisahnya.

“Kesetiaan dan cinta isteri dan anak-anakku telah membawaku pulang,” katanya.

Kelekatan-kelekatan hidup itulah yang telah membutakan mata hati kita.

Semakin kita menjadikan orang lain sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan kita, semakin diri kita kehilangan banyak keindahan dalam hidup ini.

Kegelapan akan menyelubungi mata, pada saat nafsu mengendalikan hidup ini.

Apakah aku bisa melihat keindahan dalam hubunganku dengan Tuhan dan sesama?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here