“Sebab itu, seraya menantikan semuanya itu haruslah kamu berusaha supaya kedapatan tak bercacat dan tidak bernoda di hadapan Allah, dan dalam perdamaian dengan Dia.” (Petr 3,14)
BEBERAPA waktu yang lalu, beberapa perusahaan mobil ternama harus menarik kembali produk mobilnya. Salah satu alasan karena ada produk mobil yang cacat pada bagian ‘air bag’-nya. Cacat tersebut bisa membahayakan penggunanya; bahkan beberapa orang telah mengalami kecelakaan fatal dan ada yang meninggal. Produk mobil harus ditarik dan diperbaiki bagian yang cacat.
Cacat dari sebuah produk adalah hal yang biasa terjadi. Cacat tersebut tidak hanya berkaitan dengan mobil atau kendaraan, tetapi juga bisa terjadi pada produk lainnya, seperti makanan, minuman, obat, peralatan bayi, dsb. Produk yang cacat bisa membahayakan pemakainya secara fatal. Sekalipun demikian, produk yang cacat masih bisa diperbaiki. Hal ini nampaknya berbeda dengan produk yang rusak. Produk yang rusak biasanya tidak bisa diperbaiki; kalaupun bisa diperbaiki, tentu membutuhkan biaya yang mahal. Banyak produk rusak akhirnya dibuang dan tidak dipergunakan.
Cacat tidak hanya terjadi dalam sebuah produk, benda atau materi, tetapi juga bisa terjadi dalam diri manusia. Semua orang mungkin pernah mempunyai sebuah cacat. Paling mudah dilihat adalah cacat yang berkaitan dengan fisik atau jasmani. Banyak orang mengalami hal ini. Sekalipun demikian, cacat fisik atau jasmani tersebut bukan merupakan kendala untuk berusaha dan berprestasi. Banyak orang cacat mempunyai keunggulan tertentu yang tidak dimiliki orang lain. Bahkan mereka sering menjadi motivator atau inspirator bagi banyak orang.
Sebaliknya, banyak orang mempunyai fisik normal dan jasmani utuh. Mereka mampu melakukan berbagai macam aktivitas, pekerjaan dan pelayanan, tanpa adanya kesulitan di dalam indera mereka. Namun demikian, mereka pun tetap memiliki cacat. Cacat yang berkaitan dengan sikap, perilaku dan tindakan mereka yang tidak sesuai dengan iman dan keyakinan, bertentangan dengan hukum dan peraturan, melanggar norma moral, etika dan adat istiadat. Setiap orang mempunyai cacat dan noda di dalam dirinya, khususnya berhadapan dengan Allah.
Sekalipun demikian, cacat masih bisa diperbaiki; noda masih bisa dibersihkan. Allah masih memberikan waktu dan kesempatan. Sejauh mana, saya mempergunakan kesempatan itu untuk memperbaiki cacat dan membersihkan noda di dalam diri dan hidupku? Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)