Cakra Manggilingan

0
230 views
Ilustrasi: 50 tahun SMA St. Paulus Pontianak dan Reuni Akbar. (Ist)

Puncta 26.10.21
Selasa Biasa XXX
Lukas 13: 22-30

DALAM suatu acara reuni teman-teman SMP, pembicaraan jadi sangat ramai karena sekian puluh tahun tidak berjumpa.

“Wah, kamu sudah meninggalkan dunia hitam sekarang,” kata seorang teman melihat uban putih bertebaran di mana-mana.

Yang perempuan mengomentari wajah mulai keriput dan gigi palsu sudah terpasang.

Yang lain lagi bertanya, “Cucumu berapa Mbak? Aku sudah punya dua cucu.”

Yang lain bercerita tentang pensiun. Lain lagi ada yang cerita tentang kegiatan sosial dan menggereja untuk ngisi masa pensiunnya.

“Waktu berlalu begitu cepat ya. Dan tak terasa kita hampir memasuki kepala enam.” Kata teman.

“Ya, dulu kita masih imut-imut, sekarang sudah amit-amit.”

Yang lain menimpali. “Kita semua berproses bersama waktu. Hidup terus maju, kita dibentuk oleh waktu. Tidak terasa tetapi kita bisa merasa,” kata teman dengan bijaknya.

Dalam Injil, Tuhan berbicara tentang Kerajaan Allah. Yesus memberi perumpamaan Kerajaan Allah itu seumpama biji sesawi yang diambil dan ditaburkan orang ke kebunnya. Biji itu tumbuh dan menjadi pohon, dan burung-burung bersarang di rantingnya.

Yesus juga mengumpamakan Kerajaan Allah itu seperti ragi, yang diambil seorang wanita dan diaduk-aduk ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai seluruhnya beragi.

Biji sesawi dan ragi itu bekerja tanpa disadari. Biji itu tumbuh dengan sendirinya, dari kecil menjadi besar dan tinggi sehingga burung-burung bersarang di rantingnya.

Begitu pula ragi. Ia dicampur ke dalam tepung dan diaduk-aduk, lalu didiamkan. Akhirnya tepung itu mengembang karena kena ragi.

Orang hidup seperti “cakra menggilingan” atau roda yang terus berputar. Allah adalah porosnya yang terus berkarya di dalam perputaran hidup kita.

Hidup terus berputar, tanpa kita menyadarinya. Tahu-tahu kita tersadar sudah memasuki kepala enam. Tahu-tahu sudah momong cucu. Tahu-tahu senja hidup mulai menjemput.

Sudahkah hidup kita ini bertumbuh menjadi pohon rindang tempat berteduh dan bersarang?

Sudahkah kita menjadi ragi yang membuat roti bisa berkembang?

Waktu terus berjalan.

Semoga kita tidak hanya mengalir begitu saja, dibawa oleh waktu, namun dapat menunjukkan pertumbuhan.

Semoga hidup kita dapat menjadi berkah bagi orang-orang di sekitar kita, sekecil apa pun pasti sangat berguna.

Ke Ambarawa lewat Banyubiru.
Naik ke Bandungan beli mawar biru.
Hidup terus berjalan seiring waktu.
Mari jadi berkah bagi anak dan cucu.

Cawas, menjadi berkah….

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here