Puncta 04.05.23
Kamis Paskah IV
Yohanes 13: 16-20
ARJUNA punya istrei Dewi Manuhara di Padepokan Andongsekar. Dari perkawinan ini lahirlah dua puteri cantik yaitu Pregiwa dan Pregiwati. Mereka tinggal bersama kakek mereka, Begawan Manikara di pertapaan.
Sudah lama mereka ditinggal oleh Arjuna. Dua remaja cantik ini ingin bertemu dengan ayahnya. Sang kakek lama-lama tidak bisa menyimpan rahasianya.
Maka Pregiwa dan Pregiwati diberitahu bahwa ayah mereka adalah Pangeran Arjuna di Ksatrian Madukara.
Begawan Manikara punya abdi setia bernama Cantrik Janaloka. Diam-diam Cantrik jatuh cinta pada dua remaja puteri yang cantik jelita.
Karena hanya sebagai hamba, cinta itu dipendamnya. Tak mungkinlah seorang hamba mencintai tuannya.
Ketika dua gadis itu ingin menemui ayahnya, Cantrik punya akal licik. Ia sanggup mengantar mereka ke Madukara dan menyerahkan mereka kepada Arjuna.
Bahkan Cantrik berani bersumpah, kalau dia sampai mengganggu dua gadis itu, dia siap mati keroyok orang.
Di tengah perjalanan, di hutan yang sepi, Cantrik lupa akan sumpahnya. Dia merayu dua gadis itu agar mau menjadi isterinya. Pregiwa dan Pregiwati menolak keinginan Cantrik. Mereka lari dan dikejar oleh Cantrik.
Di tengah perjalanan, mereka dihadang pasukan Kurawa yang sedang mencari gadis-gadis untuk dijadikan puteri domas.
Cantrik tidak mengijinkan dua puteri kesayangan diambil Kurawa. Terjadilah pertempuran dan Cantrik mati terkena sumpahnya. Dia dikeroyok bala tentara Kurawa.
Yesus mengajarkan sikap kerendahan hati sebagai seorang hamba.
“Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, atau seorang utusan daripada yang mengutusnya. Jikalau kamu tahu semuanya ini, berbahagialah kamu jika kamu melakukannya.”
Seorang hamba harus merendahkan diri dan taat setia kepada tuannya.
Demikianlah yang dilakukan Yesus. Dia taat setia melakukan kehendak Bapa-Nya.
Dia merendahkan diri sampai mati demi melaksanakan kehendak Bapa. Kehendak Bapa adalah menyelamatkan manusia.
Jangan sampai –sebagai hamba– kita “nyangklak” berani kepada tuannya. Yesus berkata dengan ungkapan yang halus, “Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku.”
Cantrik Janaloka itu lupa akan sumpah setianya. Ia berani melawan perintah tuannya. Maka dia termakan oleh ucapannya sendiri.
Marilah kita menjadi hamba yang setia seperti Yesus yang taat melaksanakan kehendak Bapa.
Cantrik hamba yang lupa statusnya,
Ia melanggar sumpahnya sendiri.
Yesus Kristus adalah Hamba setia,
Ia taat melaksanakan kehendak Bapa.
Cawas, marilah kita setia dan taat pada-Nya