DI masa banjir selama dua pekan terakhir mulai awal bulan November 2021 ini, truk dan sampan telah menjadi andalan utama untuk berbuat kebajikan.
Inilah yang dilakukan para “Suster Rakyat” dari Kongregasi Misi Fransiskan Santo Antonius (SMFA) baik di Pontianak dan di Sintang, Kalbar. Semua upaya ini hanya demi bisa mencapai titik-titik lokasi para korban banjir di wilayah pastoral Keuskupan Sintang, Kalbar.
Keuskupan Sintang di Kalimantan Barat meliputi kawasan luas yang masuk wilayah administratif pemerintahan Kabupaten Melawi dan Kabupaten Sintang.
Saat ini, Mgr. Samuel Oton Sidin OFMCap menjadi Uskup Keuskupan Sintang.
Sebelum mengampu jabatan Uskup Keuskupan Sintang, Mgr. Samuel OFMCap -seorang Kapusin- pernah mengampu tugas dan jabatan selama beberapa kali sebagai Minister Provinsial Ordo Kapusin Pontianak.
Beliau juga pernah menjadi pengelola kawasan hutan lindung “Rumah Pelangi” di Ambawang -sedikit di luar kota Pontianak- dan ini yang mengantar beliau mendapat penghargaan Kalpataru di tahun 2012.
Sebagai imam, Mgr. Samuel Oton Sidin OFMCap pernah menjadi pastor paroki di Gereja Santo Fransiskus Assisi Paroki Tebet, Jakarta Selatan – saat mana kemudian Vatikan mendapuknya menjadi Uskup Keuskupan Sintang.
Prakarsa berbuat kebajikan
Kisah kebaikan untuk para korban banjir di wilayah pastoral Keuskupan Sintang, Kalbar, dimulai dari sini.
Ini benar-benar reaksi spontan yang disampaikan oleh Sr. Kristina Unau Seni SMFA, Pemimpin Umum Kongregasi Suster SMFA.
Beliau minta penulis untuk segera mengirim kabar berita melalui jaringan WA kepada sejumlah ibu – mereka adalah teman dan kenalan penulis di Kota Pontianak. Kontak-kontakan ini terjadi hari Minggu malam tanggal 7 November 2021 lalu.
Sesaat, ketika mendengar Aula susteran SMFA (konon pernah difungsikan sebagai Gereja Maria Ratu Semesta Alam) telah menjadi lokasi tempat pengungsian bagi warga RT 4 sejumlah 30 KK dan lingkungan sekitarnya, kami ingin berbuat kebajikan.
Apalagi ada kabar bahwa jumlah pengungsi akan bertambah lagi, menyusul terjadi genangan air yang terus meninggi karena luapan Sungai Kapuas dan Sungai Melawi.
Luapan dua sungai menghajar Kota Sintang
Hari-hari sebelumnya sudah terjadi curah hujan sangat tinggi di hulu Sungai Kapuas dan Sungai Melawi. Akibatnya, dampak aliran sungai yang meluap itu sampai terbawa ke wilayah hilir di Kota Sintang.
Lalu, yang terjadi kemudian: Kota Sintang bagaikan kena limpahan genangan banjir rob kedua sungai besar itu.
Harap maklum, Kota Sintang berada di antara dua sungai besar: Sungai Kapuas dan Sungai Melawi.
Inti berita yang penulis sebar melalui grup WA ibu-ibu di Pontianak itu berkisah tentang keinginan para Suster SMFA mau bergerak cepat untuk membantu para korban banjir di wilayah pastoral Keuskupan Sintang.
Mengapa perlu cepat bergerak?
Itu karena dampak banjir kali ini sangat massif. Menggenangi banyak kawasan permukiman penduduk di wilayah Kabupaten Sintang dan Kabupaten Melawi.
Ketinggian genangan air sangat bervariasi. Sampai 3-4 meter. (Berlanjut)