PRAKARSA melakukan kebajikan selalu mendapat respon positif dari banyak orang.
Menanggapi narasi berita banjir yang melanda wilayah pastoral Keuskupan Sintang, para ibu langsung memberi respon cepat.
Banyak orang lalu bersimpati pada gerakan kemanusiaan yang digagas para suster Kongregasi SMFA untuk bisa membuat semacam “dapur umum” di Sintang.
Dengan mengambil tempat di biara susteran SMFA Sintang.
Biara itu sendiri juga kena banjir, tapi tidak separah tempat lainnya.
Donasi amal kasih segera terkumpul di biara susteran SMFA Pontianak. Berupa barang dan sumbangan finansial. Kami belanjakan barang-barang kebutuhan pokok dan langsung kirim ke Sintang. Dibantu oleh bapak-bapak dari TNI.
Yang terjadi kemudian sungguh di luar dugaan.
Hari Senin-Selasa pekan lalu, biara SMFA sudah seperti layaknya sebuah gudang penimbunan bahan sembako. Sumbangan finansial dari para donatur juga kami terima dari semua pelosok tanahair dan juga dari luar negeri.
Semua peduli dengan para korban banjir di wilayah pastoral Keuskupan Sintang.
Biara SMFA sebagai tempat pengungsian warga sebenarnya juga bukan hal baru. Pada tahun 2010, saat Gunung Merapi Meletus, Biara SMFA Yogyakarta juga pernah dijadikan tempat pengungsian warga di wilayah Miliran Umbul Harjo.
Memperhatikan yang tersisihkan
Rabu, 10 November 2021, kami lakukan distribusi bantuan logistik tahap pertama. Dana amal kasih berupa barang-barang sembako ini datang kepada kami hasil ide spontan Kongregasi SMFA (Suster Misi Fransiskan Santo Antonius) Pontianak yang memang punya sebutan sebagai ”Suster Rakyat”.
Kami lakukan ini sebagai tanda keberpihakan kepada orang–orang yang sangat membutuhkan uluran kasih dan aksi bela rasa.
Yang juga menyejukan hati adalah Gerakan amal kasih ini langsung mendapat dukungan penuh dari beberapa tarekat religius yang ada di Kalbar. Seperti Kongregasi Bruder MTB, Kongregasi Suster KFS, Kongregasi Suster OSA Ketapang, dan Kongregasi Suster SPM.
Menuju ke lokasi banjir
Keberangkatan tim logistik pertama diangkut dari Pontianak menuju Sintang dengan dua kendaraan truk dan satu mobil Toyota dobel kabin Hilux. Ini perjalanan panjang kurang lebih selama 9-10 jam.
Penulis ikut serta. Juga ikut naik truk Sr. Muthia SMFA (Dewan Pemimpin Umum) dan Sr. Rufini Tatah SMFA (Ekonom Umum).
Kami bertiga menikmati saja perjalanan panjang menempuh jarak kurang lebih 400 km dari Pontianak menuju Sintang.
Tantangan berat terjadi di sepanjang rute perjalanan menuju Sintang. Kami harus melewati dua titik tanah longsor, sebelum masuk ke Sekadau.
Juga ada tiga titik genangan air yang cukup tinggi di wilayah Peniti – persis sebelum masuk kota Sanggau.
Sepanjang jalan, kami amat jarang berpapasan dengan kendaraan lain. Karena genangan banjir masih sangat tinggi, orang pun juga enggan keluar rumah karena permukimannya juga masih terkepung air.
Jalan licin bekas banjir, gelap disertai hujan pula. (Berlanjut)