Cara Hidup Sehat dan Berkelanjutan, Eco Camp Motivasi Penghuni Asrama Borromea Metro Lampung Rawat Lingkungan

0
175 views
Ilustrasi: (Eco Camp Bandung)

HARI Sabtu tanggal 29 April 2023. Sebanyak 51 siswi Asrama Putri Borromea Metro di Lampung mengikuti kegiatan. Dilakukan untuk penyadaran nilai-nilai ekologis.

Tim Eco Camp Bandung hadir langsung untuk menemani para anak berproses bersama sampai Minggu tanggal 30 April 2023.

Acara dimulai pukul 07.30 WIB; dibuka dengan menarikan Laudato Si’ bersama guna memuji cinta Tuhan dalam keindahan alam.

Kami mengajak anak-anak kembali terhubungkan dengan alam; dilakukan melalui tea ceremony; melihat lebih dalam siapa saja yang sudah terlibat dalam menyediakan barang sederhana: meski hanya secangkir teh.

Membuka acara dengan mengajak anak-anak membuka hati dan pikiran untuk mengolah diri dalam proses ini.

Sambutan dari Romo Joni SCJ dan Sr. Martina HK, keduanya pimpinan SMA Yos Sudarso Metro Lampung dan Asrama Borromea Metro. (Eco Camp)
Membangkitkan kesadaran kolektif di antara para remaja penghuni Asrama Borromea di Metro, Lampung. (Eco Camp Bandung)

Membangkitkan kesadaran kolektif

Sesi pertama diawali dengan melihat situasi global dunia bernama Yohana Gagarini. Ancaman risiko darurat iklim, krisis kesehatan serta krisis kelaparan. Dijelaskan bahwa hal-hal tersebut dapat terjadi pada tahun 2050. 

Itu kalau kita tidak berbuat apa-apa.

Kemudian, dari paparan proyeksi masa depan itu, kita memotivasi kesadaran bersama bahwa setidaknya akan muncul harapan untuk melakukan perubahan-perubahan yang lebih baik.

Setelah melihat situasi dan kondisi global dan agar menjadi konkret, anak-anak diajak untuk melihat perilaku makan sehari-hari.

Bersama Carolina, anak-anak diajak melihat:

  • Apa saja yang mereka makan di asrama;
  • Bagaimana cara mendapatkannya;
  • Apakah mereka selalu menerima makanan yang disediakan;
  • Apakah mereka selalu menghabiskan makanan.

“Terkadang saya sulit menerima makanan yang telah disediakan. Tapi makanan itu tidak saya buang, karena kemudian saya berikan pada teman lainnya,” kata seorang anak penghuni Asrama Borromea Metro Lampung. 

Selain itu, anak-anak Asrama Borromea juga diajak untuk mengobservasi dapur dan lemari makannya.

Mulai dari mana kita tinggal

Untuk menyelamatkan bumi, pertama-tama kita perlu peduli terhadap di mana kita tinggal.

Sesi dilanjutkan bersama Kiki untuk melihat bagaimana kondisi tempat tinggal mereka saat ini, melihat bagaimana mereka hidup di asrama.

Melihat kerapian kamar tidur, kamar mandi, lemari buku, lemari pakaian, rak sepatu, rak pakaian kotor serta alat mandi, dan lemari makanan. Setelah mengobservasi dan mengevaluasi tempat-tempat dimana mereka tinggal, anak-anak diajak untuk melakukan aksi langsung merapikan apa yang menurut mereka belum rapi.

“Saya merasa menjadi orang yang berguna; setelah selesai beres-beres,” demikian kata Olin, satu di antara anak penghuni Asrama Borromea di Metro, Lampung.

Pada malam hari, pengolahan dilanjutkan dengan melihat bagaimana relasi dan permasalahan antar remaja dalam komunitas atau sekolah.

Mengolah bagaimana jika terjadi ketidakpercayaan diri, relasi dalam keluarga yang tidak baik sehingga berdampak pada kegiatan sehari-hari, dan bullying.

Untuk memahami dan merasakan hal-hal itu, para peserta diminta bermain peran, sungguh ikut memerankan bagaimana kita masalah itu terjadi.

Para peserta berefleksi bahwa sebagai komunitas mereka perlu untuk menerima setiap pribadi, menghargai, dan saling mendukung.

Rasa terhubungkan kembali dengan alam

Hari Minggu esoknya, kegiatan dimulai dengan meditasi pagi kemudian dilanjutkan misa. Oleh Romo Ferry Pr, mereka diajak mengendapkan dan meneguhkan apa yang telah diolah selama hari kemarin.

Aksi nyata kecil dilakukan dengan menanam bunga Marigold dan memilih satu pot tanaman untuk terus dirawat. Proses ini mengajak peserta untuk membangun rasa memiliki.

Rasa terhubung dengan alam, bisa belajar dengan, dan tumbuh bersama alam.

Setelah kemarin membuka hati dan pikiran, hari itu peserta diajak untuk sampai pada tahap rekonsiliasi sebagai penutupan kegiatan ini.

Romo Ferry Pr dan Shierly -keduanya dari Eco Camp Bandung- kemudian mengajak anak-anak untuk saling berterimakasih dan saling memaafkan. Kepada teman-teman asrama sebagai keluarga terdekat saat ini.

Ilustrasi – Pengampunan. (Ist)

Melalui video yang menceritakan pengabdian tulus seorang guru Thailand, anak-anak diajak juga untuk berterimakasih dan saling memaafkan kepada para guru kehidupan.

Kepada para suster Hati Kudus (HK) sebagai sosok pengganti ibu-ibu mereka  di asrama, kepada romo sebagai pengganti sosok ayah.

Romo Albertus Joni SCJ, kepala sekolah SMA Yos Sudarso Metro, juga hadir dalam rangkaian penutupan kegiatan ini.

“Hari ini kita semua dipenuhi cinta dan kamu semua adalah orang yang dicintai, ” demikian kata Romo Joni.

Saling memaafkan dan mengampuni menjadi ritual penting dalam proses penyadaran pentingnya merawat hidup bersama penuh kasih dan saling membantu. Ini dipraktikkan tim Eco Camp Bandung saat melakukan sesi pendampingan kepada anak-anak penghuni Asrama Borromea asuhan para Suster Kongregasi Hati Kudus (HK) di Metro, Lampung, April 2023. (Dok. Eco Camp Bandung)

Ia melanjutkan, bahwa dari kesadaran itu akan hadirlah semangat cinta untuk merawat bumi.

  • Merawat diri berarti juga merawat bumi rumah kita bersama.
  • Melakukan kesadaran individu sebagai dorongan untuk melakukan gerakan kolektif.

Acara berakhir dengan happiness sharing kembali menarikan tarian Laudato Si yang telah divariasi oleh dua kelompok dengan tema tarian Nusantara dan tarian menyapa alam semesta.

Laudato Si, Terpujilah Engkau.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here