“Katakanlah kepada mereka, ‘Demi Aku yang hidup,’ demikianlah sabda Tuhan, ‘Aku akan memperlakukan kalian sesuai dengan kata-katamu sendiri.’” (Bil 14,28)
SUATU pagi, beberapa orang guru nekat datang kepada ketua yayasan. Mereka sudah tidak mampu menahan emosinya dan kekesalannya terhadap sikap dan perilaku seorang guru lainnya. Mereka menyampaikan uneg-uneg dan rasa jengkelnya, “Bagaimana mungkin mereka bisa menerima dan bekerjasama dengan seorang guru tersebut. Dia baru bekerja selama dua tahun di sekolah ini. Namun sikapnya dalam memperlakukan anak-anak didik dan kelas, seperti miliknya sendiri. Selain itu, dia juga memperlakukan guru-guru lainnya seakan-akan seperti asistennya yang bodoh dan tidak tahu apa-apa.” Banyak guru lain yang tersinggung dan gerah dengan perilaku oknum ini.
Sementara orang sering merasa bahwa dirinya diperlakukan tidak wajar oleh orang lain. Seorang guru diperlakukan sebagai asisten oleh guru lain dan bukan sebagai rekan kerjanya; anak-anak didik diperlakukan sebagai obyek percobaan kebijakan dari para pengambil keputusan dan penyusun kurikulum pendidikan; seorang anak diperlakukan sebagai pembantu rumah tangga oleh orang tuanya; seorang isteri diperlakukan sebagai obyek pemuas nafsu atau sebagai benda yang bisa dipukul, ditendang dan dipergunakan sebagai pelampiasan kemarahan; karyawan diperlakukan sebagai budak atau tenaga kerja murah.
Perlakuan yang tidak wajar juga sering terjadi pada diri pemuka umat atau tokoh-tokoh karismatis lain. Ada saja orang atau pengikut yang memperlakukan mereka sebagai seorang raja kecil; sebagai orang sempurna yang bebas dari salah dan dosa; sebagai allah yang dipuja dan disembah-sembah dengan membabi buta.
Perlakuan tidak wajar terjadi kalau orang memperlakukan sesamanya bukan lagi sebagai manusia biasa atau pribadi yang diciptakan Tuhan dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Perlakuan tidak wajar terjadi karena orang memperlakukan sesamanya berdasarkan satu sisi atau satu segi dari hidupnya, dan bukan sebagai pribadi yang utuh. Perlakuan tidak wajar terhadap orang lain bisa menimbulkan rasa marah, jengkel dan perasaan tersinggung; juga bisa membuat seseorang lupa diri.
Orang tidak hanya mendapatkan perlakuan tidak wajar dari orang lain, tetapi juga mendapatkan perlakuan sesuai dengan kata-katanya atau apa yang diucapkannya. Orang bisa termakan oleh kata-kata yang diucapkannya sendiri. Para orang tua sering menasehati anak-anaknya agar mereka berhati-hati dengan kata-kata yang diucapkan, agar mereka tidak kualat, artinya mengalami penderitaan dan kesulitan akibat kata-kata tidak baik atau tidak senonoh yang diucapkan. Banyak orang dari bangsa terpilih yang mati menjadi bangkai di padang gurun, karena kata-kata yang mereka ucapkan tidak berkenan kepada Allah atau melawan kehendak Allah.
Perlakuan orang lain macam apa saja yang selama ini aku terima dan aku alami sepanjang hidupku? Dalam pengalaman dan peristiwa apa, saya mendapatkan perlakuan berdasar kata-kata yang saya ucapkan? Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)