Catatan Perjalanan ke OKU Timur – Sumsel: “Isteri Romo Mana?”, Sahabat On Air Pastor dan Open House (10)

0
1,271 views
Open HOuse Natal di Pastoran Tegalsari OKU Timur. (Ist)

“ROMO, isterinya sedang kemana? Kok tidak kelihatan?” tanya seorang perempuan berjilbab usai menyalami Romo Andreas Suparman SCJ di Pastoran Tegalsari, Selasa (26/12) lalu.

“Lagi keluar,” jawab Romo Suparman SCJ sambil mengumbar senyum.

Para tamu yang lain pada sore itu pun tertawa terbahak-bahak.

Emangnya, romo punya isteri?

“Oh itu anak-anaknya, ya, Romo?” tanya seorang ibu berjilbab yang lain, ketika melihat tiga gadis dari Tabloid KOMUNIO membawa kue-kue dari kamar makan pastoran.

“Iyaaaaa,” jawab Romo Suparman, lagi-lagi sambil mengumbar senyum.

Selasa (26/12)  itu merupakan hari open house yang diadakan oleh pihak pastoran bagi umat dan masyarakat umum.

Catatan Perjalanan ke OKU Timur – Sumsel: Umat Meriahkan Open House Natal (9)

Siapa saja boleh mampir di pastoran. Termasuk ibu-ibu yang berjilbab yang datang bersama anak-anak dan suami-suami mereka.

Mereka tidak hanya datang dari desa-desa di sekitar Tegalsari, tetapi juga dari BK 9, BK 3 dan sejumlah tempat lainnya.

Sahabat on air romo

Tetapi sebenarnya, siapakah mereka itu?

Mereka adalah sahabat-sahabat on air dari Romo Andreas Suparman SCJ yang sejak Juni 2017 lalu bertugas menjadi pastor Paroki Para Rasul Kudus Tegalsari. Ia mengembangkan hobi ‘ngebrik’ menggunakan handy talkie (HT).

Teman-temannya tersebar luas di Kabupaten Ogan Komering Ilir Timur dan Ogan Komering Ilir.

“Saya baru kali ini datang ke tempat Romo Parman tinggal. Dulu-dulu tidak pernah, tetapi sejak berkenalan dengan beliau lewat udara, saya datang untuk silaturahim,” kata seorang bapak yang berasal dari Desa Karang Melati.

Sore itu, ia dan temannya naik motor yang tampak tua dan kumal.

Meski jalan menuju Pastoran Tegalsari berlubang-lubang dan tergenang air, ia dan teman-temannya mampu menjawab undangan ‘sahabat on air’ untuk open house Natal. Para tamu itu pun tampak bersenda gurau, bercerita dan berbagai pengalaman iman.

Suatu perjumpaan penuh persaudaraan yang menyenangkan.

Silih berganti orang-orang datang untuk mengucapkan ‘Selamat Natal’.

“Frater akan tinggal di rumah. Ia mesti menyambut tamu yang datang untuk Open House,” kata Romo Suparman sehari sebelumnya.

Frater Darmuat yang sedang menjalani Tahun Orientasi Pastoral dan Panggilan menjadi tuan rumah bagi para tamu yang akan berkunjung hari itu. “Banyak sekali yang datang tadi pagi. Anak-anak, orang muda dan orang tua,” tutur Fr. Darmuat SCJ.

Menjelang malam, seorang bikhu dan lima mahasiswa Buddhis  yang sedang menjalani KKN pun berkunjung. Mereka tinggal di dekat sawah-sawah yang berada sepelempar batu jauhnya dari Pastoran Tegalsari.

Mereka pun mengucapkan selamat Natal dan ngobrol bersama Romo Suparman dan Romo Widodo SCJ. Mereka berbagi pengalaman hidup sebagai umat beragama.

Selanjutnya hampirisemua umat dari Stasi Tanjungrejo, Margorejo dan umat sekitar pastoran Tegalsari menggunakan kesempatan untuk berkunjung saat open house Natal.

“Ambil sendiri minum dan kue-kuenya, ya,” pesan Romo Suparman yang ‘isterinya’ tak pernah menampakkan batang hidungnya.

Sayonara

Perayaan Natal telah usai. Rabu pagi saya bangun dengan penuh semangat setelah pelayanan yang melelahkan sejak Minggu Adven keempat hingga Natal. Dua kali merayakan Ekaristi Minggu Adven keempat plus mendengarkan pengakuan dosa. Enam kali merayakan Ekaristi Natal di paroki dan stasi-stasi.

Peristiwa-peristiwa ini bukannya membuat tubuh ini lelah, malah semakin memberi semangat untuk semakin melayani dan melayani.

Tetapi saatnya saya dan tiga anak Majalah  KOMUNIO mesti pulang ke ‘kandang’. Kami mesti meneruskan tugas perutusan di Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Palembang.

“Jam berapa mau pulang, besok?” tanya Romo Andreas Suparman SCJ, Selasa malam.

“Setelah sarapan,” jawab saya singkat.

“Ooo. Kita sama-sama saja. Saya mau kunjungi si Mbok di Prabumulih,” kata Romo Suparman.

Keesokan harinya, Rabu (27/12), usai sarapan bersama, kami pulang. Kami mengambil jalan ketika kami datang, yaitu Komering. Sedangkan Romo Suparman melewati tanggul menuju Lintas Timur.

Saya memutuskan untuk lewat Komering, karena mobil saya yang lebih pendek akan sulit melintasi lobang-lobang dalam setelah keluar dari tanggul yang ada di BK 30.

Lima jam kemudian kami tiba di Kota Mpek-mpek.

Sayonara, Tegalsari. Jumpa lagi pada kesempatan berikut.

Tidak tahu kapan akan kembali lagi ke Tegalsari. (Selesai)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here