Catatan Perjalanan ke OKU Timur – Sumsel: Umat Meriahkan Open House Natal (9)

0
410 views
Romo Suparman SCJ bergambar bersama umat dari stasi-stasi. (Ist)

“PASTORAN open house. Jika umat ingin datang, monggo. Terlebih untuk anak-anak, di sana ada banyak makanan dan minuman,” kata Romo Andreas Suparman SCJ usai Misa Natal di salah satu stasi di Paroki Para Rasul Kudus Tegalsari.

Benar saja, sejak 25 Desember hingga 26 Desember, pastoran kedatangan banyak umat dari berbagai wilayah seperti Karang Melati, Sri Wangi, Sumber Sari, Tanjung Rejo, Rejosari, Margorejo. Anak-anak antusias sekali datang ke pastoran.

Catatan Perjalanan ke OKU Timur – Sumsel: Mobil Masuk Kobangan Jembatan dan Penumpang Mandi Lumpur (8)

Setelah menyalami Romo Suparman, Romo Widodo, Romo Frans sebagai romo tamu dan Frater Darmuat, mereka duduk dan mengobrol bersama para romo.

Kae lho, eneng panganan. Njupuk kono (Itu lho, ada makanan. Ambil saja),kata Romo Widodo sambil menunjuk berbagai makanan dan minuman yang tersedia di meja.

Tidak hanya umat Katolik, masyarakat sekitar yang beragama non Katolik seperti umat Buddhis dan Muslim juga datang berkunjung. Selain itu, perangkat desa setempat juga datang berkunjung untuk menjalin silahturahmi.

Romo Suparman SCJ dan masyarakat sekitar. (Ist)

Toleransi yang tinggi antarumat beragama di Desa Tegalsari memang perlu diacungi jempol. Selain silahturahmi mengunjungi pastoran Tegalsari, toleransi juga terlihat pada Perayaan Ekaristi Malam Natal. Warga sekitar yang beragama non Katolik ikut menjaga keamanan bersama beberapa polisi.

Usai Perayaan Ekaristi, tanpa rasa ragu, mereka menghadiri jamuan makan malam yang telah disiapkan di balai paroki.

Romo Suparman, sebagai pastor paroki, menceritakan niatnya dalam membangun Gereja di Tegalsari, agar bisa menjadi milik masyarakat. Beliau memasang radio dan menjual antena untuk menjalin komunikasi dengan orang lain, dengan masyarakat luas.  “Yang penting itu komunikasinya, bukan keuntungan dari jualan itu,” katanya.

Selain itu, Gereja juga akan segera memiliki lapangan volley di samping gereja, lapangan badminton dan tenis meja di balai paroki. Fasilitas ini dibuat dengan tujuan tidak hanya menjadi milik gereja, melainkan menjadi fasilitas umum.

“Saya juga sedang mencari orang yang mau menjaga warung di samping balai paroki. Warung ini akan menjual berbagai macam makanan ringan dan minuman. Sehingga orang-orang yang berolahraga di balai paroki bisa belanja di warung itu,’ ungkapnya.

“Anak-anak muda juga bisa nongkrong di sana dan menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar. Saya ingin menghilangkan kesan bahwa masuk gereja itu segan. Kebanyakan masyarakat segan masuk ke wilayah gereja. Nah, dengan menjalin hubungan seperti ini dengan mereka, saya ingin gereja menjadi milik masyarakat, tidak hanya milik orang Katolik,” jelasnya kemudian. (Berlanjut)

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here