Catatan Tengah Hari: Ngudarasa

0
872 views

TADI pagi, saatku berangkat untuk melayani para Suster Abdi Kristus untuk merayakan Ekaristi harian di Kapel mereka yang di jalan diponegoro persis di pojokan perempatan traffick light sebelah kiri bila ke arah semarang dari ungaran; dengan menempuh jalan kaki saja, kuberjumpa Pak YC. Taruna Sayoga yang dulu saatku masih belajar di seminari menengah mertoyudan menjadi guru dalam sidang akademi bahkan pembimbing rohaniku. “Mau ke mana?” tanya Beliau dan kujawab, “Mau Misa di Susteran…” Lalu ganti kubertanya, “Panjenengan?” “Mau mengajar” jawabnya. Kami bersalaman. Hangat di pagi yang sejuk. Kemarin kami juga sudah saling berjumpa dalam rapat pleno dewan paroki ungaran.

Perayaan Ekaristi berjalan seperti biasa. Semarak. Khusyuk khidmat. Sesudah Misa usai, Anak-anak sudah pada ngantre di depan pintu sakristi untuk bersalaman. Juga Hangat. Semua bersalaman, tak satu pun tidak! Mereka adalah Anak-anak asrama di Susteran AK diponegoro ungaran. Dari SD hingga Perguruan tinggi. Jumlah persisnya berapa kutaktahu.

Lalu mereka berhamburan menuju ruang makan untuk sarapan. Tak lama kemudian kumenyusul Mereka sekadar untuk menyapa dan mengatakan, “Ayo makan yang gemuk biar banyak….” dan tampaknya Mereka cermat mendengarkan kalimatku itu maka langsung tertawa bahwa ada yang terbalik tapi itu sengaja untuk sekadar menciptakan Suasana canda yang Hangat di pagi itu. Dan tak satu pun yang mengatakan, “Salah romo…. bukan makan yang gemuk biar banyak tetapi makan yang banyak biar gemuk…” tak satu pun tidak! Mereka sadar bahwa aku mengatakannya dengan sadar sebagai Canda. Maka mereka merespon dengan Tertawa ceria dan Bahagia. Lalu kukatakan lagi dengan lantang, “Selamat makan semuanya…!” dan Mereka pun menjawab dengan lantang bahkan lebih bergelora, “Terima kasih romooooo!”

Lalu kubergabung dengan para Suster AK yang akan sarapan. Sarapan seperti biasa. Tapi ada dua yang Istimewa yakni, ada durian jatuh di kebun Susteran dan durian itu dikupas lalu dihidangkan di hadapanku. Satu durian berisi sebelas biji kumakan lima biji saja meski para Suster memintaku untuk menghabiskannya sebab Mereka sudah sering mendapatkan durian jatuh. Ah, tidak. Cukup lima saja. Itupun rasaku sudah terlalu banyak. Itu keistimewaan pertama. Kedua, sesudah semuanya, Seorang Suster hadeh…. namanya aku lupa… oh ya Suster Beatrik AK minum semut jepang katanya kasiatnya luar biasa istimewa untuk segala kit-penyakit. Maka kucoba mau dan minum hihihihihi.. seorang Suster ah, ini benar-benar lupa siapa namanya, ah, oh, maafkan, mengambilkanku semut jepang dan dimasukkan ke dalam kapsul lalu kutelan hidup-hidup hihihihihi pagi-pagi sudah nggragas tapi supaya seger-waras alamiah bukan dengan obat kimiawi. Itu dari Tuhan kata Suster Bertha AK, oh syukurlah kalau diimani begitu. Glek! Kuuntal kapsul itu tanpa air tapi segera kutabrak dengan pisang. Glek. Hkkkkhh… tamba teka lara lunga…. obat datang penyakit hilang… oh semut jepang… semut jepang.. maafin daku pagi-pagi sudah menjerumuskanmu ke dalam perutku… jangan gigit ususku ya, jangan…

Lalu kuberpamitan setelah berdoa. Di perempatan mau nyebrang jalan ada dua pak polisi meski kutakkenal Mereka tetap saja kusalami satu per satu sambil berucap selamat pagi. Lampu merah menyala kumelangkah menyebrang jalan dan di sebrang ada lagi dua pak polisi lain dan kusalami pula Mereka. Lalu kumenyebrang lagi ke arah pastoran dua kali seberangan jalan utama dan jalan samping di perempatan itu dan di situ ada satu pak polisi lagi ya biar adil karena empat lainnya sudah kusalami maka dia pun kusalami pula.

Di dekat gereja seorang bapak muda menghentikan sepeda motornya di sampingku dan menyapa, “Halo romo… kebetulan… ketemu di sini… mau tanya, tanggal 18 januari 2016 nanti acara ibadat pekan doa sedunia jam berapa ya?” Oh ternyata dia Koh Devi yang pernah kuminta untuk ikut serta mengisi acara ibadat pembukaan pekan doa sedunia di gereja ungaran nanti pada tanggal 18 januari. “Pukul 18.00 Mas!” “Ok. Siap romo… kami siap ikut serta!” katanya lalu kami berpisah ke tujuan masing-masing.

Sesampai di pastoran kulihat para ibu dan Suster Margaretis AK siap menghitung uang kolekte Misa Sabtu-Minggu. Saya langsung naik. Minum teh hangat. Lalu di kamar menulis renungan buat besok dalam bahasa inggris dan indonesia. Renungan selesai…. kusortir pakaian kotor untuk kurendam dan dicuci. Para penghitung kolekte sudah pergi tugas sudah usai. Kuangkat koran Suara Merdeka eh ternyata ada tulisan saya di situ, yang kukirim hari sabtu lalu dan dimuat hari ini, berjudul “Membangun Peradaban Kasih” menyambut RIKAS 2016-2035 yang besok pagi akan dipromulgasikan. terima kasih Suara Merdeka, utamanya Pak Gunarso, pengaruh rubrik Wacana Nasional yang dulu diasuh oleh Pak Cocong.

Kudengar suara ada tamu, ternyata Frater Joko Lelono yang akan beberapa hari ini di ungaran untuk sharing soal rencana studinya terkait dengan tema hubungan antaragama terutama Katolik dan Islam. Selamat datang Frater. Sugeng rawuh. Mari, mari…! Lalu kuantar Beliau ke kamar. Dan kuteruskan untuk beraktivitas sebentar… mengobrol dengan Beliau lalu sejenak berefleksi di kamar dengan menuliskan apa saja di sini… ya apa saja yang penting kuketik saja… ya sekadar bercerita saja

Kusyukuri perjalanan tengah hari yang Unik dari pagi hingga Siang ini. Sumangga kalau ada manfaatnya ya silahkan dipetik bila tidak ya nggak apa-apa, namanya juga sekedar Ngudarasa….

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here