Puncta 05.04.23
Rabu Pekan Suci
Matius 26:14-25
PEPATAH penuh nasihat itu dikatakan oleh seorang budak Suriah yang dibawa ke Roma pada zaman Julius Caesar menjadi senator.
Pepatah Latin ini berarti; “Berhati-hatilah, jangan mempercayai seorang teman, kecuali engkau sudah mengujinya.”
Kisah pengkhianatan Brutus – Marcus Junius Brutus – kepada Gaius Julius Caesar dalam sejarah Kekaisaran Romawi terus dikenang sampai sekarang.
Bahkan idiom-idiomnya selalu muncul diulang-ulang kembali. Misalnya, istilah uang darah, uang suap, cuci tangan, tak mau bertanggungjawab.
Belajar dari pengkhianatan Brutus itu, Cicero, seorang negarawan, orator, ahli hukum, dan filsuf Romawi berkata, “Hostis aut amicus non est in aeternum; commoda sua sunt in aternum”— Tidak ada lawan atau kawan yang abadi; yang abadi hanyalah kepentingan,”
Kepentingan akan kekuasaan, kedudukan atau tahta itulah yang membuat para anggota Senat melenyapkan Julius Caesar.
Nafsu kuasa lebih kuat ketimbang hubungan pertemanan, persaudaraan bahkan hubungan “bapak-anak.” Brutus sudah dianggap seperti anak sendiri oleh Caesar.
Sebelum tewas oleh 23 tusukan belati, Julius Caesar masih bisa melihat Brutus menusuk tubuhnya yang limbung. “Tu quoque, Brute, fili mi, Engkau juga, Brutus, anakku,” kata Caesar sebelum jatuh pada tanggal 15 Maret 44 SM di kota Roma.
Yudas Iskariot terbilang dari duabelas murid Yesus. Ia juga dipercaya sebagai bendahara kelompok. Ia sering bersama dengan Yesus, bahkan semeja makan dengan-Nya.
Karena nafsunya dengan uang, ia tega menjual Yesus kepada para pemimpin agama Yahudi. Hanya demi tigapuluh keping perak.
Orang menjual Tuhan itu bisa menggunakan alasan macam-macam. Orang diiming-imingi kekuasaan, jabatan atau karier, dia rela meninggalkan Yesus.
Demi harta atau kekayaan, orang pergi ke dukun mencari “pesugihan”. Demi keuntungan pribadi, atas nama kebebasan, atau karena godaan cinta, orang melepaskan imannya.
Orang sering merasionalisasi, “Tuhan toh di mana-mana sama saja,” lalu dengan mudahnya meninggalkan iman dan menggadaikan Tuhannya.
Pengkhianatan bisa terjadi oleh pasangan di rumah, oleh teman dekat di kantor, oleh sesama di komunitas, bahkan juga oleh umat di gereja.
Perasaan orang yang dikhianati diungkap oleh Didi Kempot dalam lagu Kalung Emas:
“Lara atiku, atiku kelara-lara, rasane nganti tembus neng dada. Nangisku iki merga kowe sing njalari, kebangeten apa salahku iki, apa dosaku ini?”
(Sakit hatiku, hatiku terasa pedih, rasanya sampai tembus di dada. Tangisku ini karena kamu yang membuatnya, sungguh terlalu, apa salahku, apa dosaku ini)
Bagaimanakah rasanya dikhianati oleh orang yang kita cintai? Pernahkan anda meninggalkan Tuhan karena diiming-imingi jabatan, harta atau cinta?
Cuaca indah menghiasi sudut kota,
Senyum dan tawa saat orang berbuka.
Banyak godaan untuk jujur dan setia,
Berbahagialah jika anda melakukanya.
Cawas, belajar untuk terus setia…