Center Griya Semeru Beri Motivasi Bermisi Sesuai Profesi

1
505 views
Romo Zen Taufik sebagai pembimbing retret. (Ist)

SEJAK hari Jumat tanggal 15 April pukul 09.00 WIB sampai dengan hari Minggu tanggal 17 April 2022 pukul 12.00 WIB, Center Griya Semeru mengadakan retret tahunan.

Center Griya Semeru adalah suatu tempat di mana kaum lelaki profesional dan para mahasiswa mendapatkan pembinaan dan formasi baik spiritual, budi pekerti, bahasa dan budaya.

Spiritualitas yang dibawa adalah spritualitas kerja atau mensucikan pekerjaan dengan menemukan Kristus di tengah dunia.

Center Griya Semeru di bawah pembinaan prelatur pribadi Opus Dei Indonesia yang berpusat di Surabaya.

Jadwal harian program retret.

Ini kali kedua retret diselenggarakan bertepatan dengan rangkaian Trihari Suci. Alasannya, karena masih dalam situasi pandemi dan memungkinkan untuk diselenggarakan secara daring. Serta agar peserta menghayati Paskah dengan lebih baik.

50 peserta retret

Biasanya penyelenggaraan retret tahunan terjadi di bulan Agustus secara luring.

Retret kali ini diikuti 50 peserta dari Surabaya, Jakarta, Tanggerang, Manado, bahkan Timor Leste.

Retret digelar dengan tema “Penderitaan yang Menyelamatkan, Mengikuti Yesus dari Tengah Dunia”.

Kesucian diri sesuai profesi

Para awam pria dengan berbagai latar belakang corak hidup yang berbeda, diajak untuk menyucikan diri di dalam kehidupan sehari hari menurut peran sosialnya di masyarakat. Entah itu sebagai suami, ayah, anak, kakak, adik bahkan teman. Sebagai profesional ataupun mahasiswa.

Kesucian hidup bukan hanya milik para imam, biarawan atau biarawati saja. Tetapi semua orang yang karena rahmat pembatisan memutuskan untuk mengikuti Yesus Kristus. “… dengan demikian kamu akan menjadi sempurna, sama seperti Bapamu yang ada di surga adalah sempurna.” (Matius 5:48).

St. Josemaria Escriva.

Retret dalam penyelenggaraannya menuntut keheningan.

Santo Josemaria Escriva menyatakan, “Keheningan adalah penjaga gerbang kehidupan batin”.

Kesediaan Anda untuk turut membantu menciptakan satu suasana yang hening dalam retret, akan sangat membantu Anda dan peserta retret lainnya untuk menarik manfaat dan mendapatkan resolusi.

Bacaan dan renungan Rohani

Di awal sesi retret peserta diajak mendengar dengan hati, bacaan diambil dari Kitab Suci Perjanjian Baru.

Gereja selalu menganjurkan kita untuk membaca dan merenungkan Kitab Suci dan bacaan-bacaan rohani lainnya.

Dengan membaca Kitab Suci yang ditulis oleh para penulis yang diilhami oleh Roh Kudus, peserta diajak menghayati pewahyuan ilahi seperti yang disampaikan oleh Gereja.

Retret dibawakan oleh Romo FX Zen Taufik. Ia memberi renungan rohani atas perjalanan penderitaan Yesus Kristus hingga ke Kalvari.  

Dalam setiap renungan, Romo membantu bagaimana kita dapat mengerti kisah sengsara Yesus melalui kacamata Kitab Suci, tradisi Gereja Katolik dan magisterium Gereja Katolik.

Melalui renungan-renungan tersebut, peserta diajak masuk dan hadir di dalam peristiwa-peristiwa tersebut. Tujuannya agar peserta tidak hanya melihat, tapi juga merasakan penderitaan Yesus Kristus.

Hidup di zaman sekarang lebih komplek dibandingkan di zaman Yesus Kristus. Untuk itu, peserta juga harus mengembangkan kehidupan rohaninya di tengah perkembangan zaman.

Dalam retret, peserta diajak menemukan dialog yang intim dengan Tuhan. Melepaskan hal-hal yang merisaukan. Melalui doa yang disampaikan dengan ketulusan hati akan tercapai kehidupan yang adikodrati.

Tuhan kita Yesus Kristus menyadarkan kita bahwa di dunia ini harus dikembangkan pribadi yang tidak takut, pertobatan, tulus, kerendahan hati, belas kasih dan cinta.

Pemeriksaan batin

Kita sering terjatuh dalam dosa yang disebabkan oleh kelemahan-kelemahan pribadi kita.

Di dalam retret ini, kita diajak untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut dengan mengenalnya terlebih dahulu secara jujur. Dengan mengenal diri kita sendiri agar dapat menjadi lebih baik, praktik devosi pemeriksaan batin tidak bisa diabaikan.

Ilustrasi – Pemeriksaan batin bersama Romo Zen Taufik, imam Opus Dei di Keuskupan Surabaya. (Ist)

Wawasan rohani

Selain renungan rohani, beberapa teman di center yang memiliki pengetahuan dan pengalaman pribadi yang berbeda, silih berganti mengisi dengan wawasan rohani.

Wawasan rohani adalah kegiatan di mana hal-hal yang bersifat lebih praktis dari kehidupan rohani. Tujuannya, agar tema-tema dari kehidupan rohani lebih bisa dihayati dan dilaksanakan dalam kehidupan nyata saat ini. 

Dalam wawasan rohani kali ini, peserta diajak untuk menjadi pribadi yang efektif. Caranya dengan mencari dan menemukan arti hidup dan berproses di dalam nya sepenuh hati. Serta setia dalam menjalani kehidupannya.

Menikmati rahmat Tuhan ada di dalam diri kita dengan memupuk sifat kerendahan hati.

Peserta juga didorong untuk mempunyai semangat bermisi yang berapi-api dalam menyampaikan Kabar Sukacita.

Dalam bermisi tidak seperti “berjualan” ayat-ayat di pasar atau tempat umum yang lain. Tetapi bertindaklah sebagai sahabat yang baik dengan semangat persaudaraan.

Dalam Ensklik Paus Fransiskus Fratelli Tutti, persahabatan dan persaudaraan harus mempunyai hubungan yang konsisten, setia dari waktu ke waktu berdasar cinta kasih.

Bukan bersifat sementara.

Sahabat pertama kita adalah Yesus Kristus yang selalu berada disamping kita dan tidak pernah meninggalkan kita. Untuk itu, kita juga harus merespon-Nya dengan cinta dan kesetiaan.

Ilustrasi – Doa Rosario (Ist)

Doa Rosario 

Selain mendaraskan kisah sengsara Yesus Kristus, peserta diajak berdoa Rosario.

Bunda Maria adalah bunda Yesus Kristus. Karena alasan ini, Bunda Maria selalu bersatu bersama Puteranya Yesus Kristus. Karenanya, devosi kepada Bunda Maria menjadi sangat penting.

Melalui devosi tersebut, hubungan kita menjadi semakin dekat dengan Yesus Kristus Puteranya. Dalam retret, kita juga mendaraskan Doa Malaikat Tuhan.

Di akhir retret, kita diajak merenungkan bagaiamana hubungan Tuhan dapat diaktulisasikan dengan mentransformasikan hidup kita melalui membaca Kitab Suci. Dan merasakan  bahwa Kitab Suci sumber energi dalam hidup bermasyarakat.

  • Bagaimana hubungan kita dengan orang-orang terkasih, keluarga dan para sahabat?
  • Bagaimana kita menjadi agen evangelisasi melalui cara hidup atau bersikap, baik di lingkungan keluarga, teman maupun lingkungan kerja.

Proses berevengelisasi pun harus mengikuti perubahan zaman. Bagaimana kita bijak dalam bersosial media dengan membagi sukacita, kesederhanaan dan optimis dalam hidup.

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here