Cerita Hebat Keluarga Katolik di SAGKI 2015: Miskin Harta, Sumbang Tiga Anak Jadi Pastor (2)

0
4,092 views

HIDUP serba miskin dan hanya mampu menempati rumah gubug bambu mungil di tepian sebuah lahan perkebunan; itu pun juga jauh dari perkotaan. Inilah sosok kehidupan rumah tangga keluarga katolik sangat sederhana sebagaimana dikisahkan pleh pasangan Fransiskus Saragih dan istrinya Nurti br. Manurung serta kedua anaknya yang kini menjadi pastor. Satu anak lagi yang menjadi pastor telah meninggalkan imamatnya. (Baca:  Cerita Hebat Keluarga Katolik di SAGKI 2105: Bahagia karena Punya Keluarga (1)

Tamat Sekolah Pendidikan Guru tahun 1971 dan tahun 1974, pasangan suami-istri ini merintis hidup keluarga dengan berprofesi sebagai guru SD. Dengan anak empat yang kesemuanya laki-laki, maka hidup keluarga dengan gaji sebagai PNS ini terasa kesehariannya sebagai perjalanan hidup yang kembang kempis.

Setelah 38 tahun merintis hidup rumah tangga dengan hadiah sebanyak empat anak laki-laki semua, maka kisah perjalanan hidup berkeluarga yang dilakoni pasangan Fransiskus Saragih dan istrinya Nurti br. Manurung tetap menjadi kisah yang meneguhkan bagi semua orang mendengarnya.

Hidup di rumah gubug bambu super mungil, kata Fransiskus Saragih, “Hebohnya dan ramainya tidak kalah dengan kota Metropolitan Jakarta,” ungkapnya mencari kiasan tepat untuk menggambarkan betapa hiruk-pikuknya hidup bersama dengan enam kepala di sebuah rumah keluarga berukuran super kecil.

Kebersamaan dan kesamaan
Karena menempati rumah gubug bambu super kecil inilah, semua kebersamaan bisa dibangun lebih mudah. Menurut Ny. Nurti br. Manurung, sedari kecil ia sudah membiasakan anak-anaknya melakukan hal-hal kecil sederhana secara bersama-sama. “Kami makan bersama di atas tikar, berdoa bersama, ke gereja juga selalu bersama,” ungkap Nurti.

Kebersamaan dan kesamaan di keluarga ini sungguh nyaris tak berbeda. “Saya membuatkan baju mereka dengan corak warna sama, sandal jepit sama, model cukur rambutnya pun sama,” terang Nurti semangat.

Menurut Ny. Nurti dan itu juga dibenarkan oleh suaminya Frans Saragih, kebersamaan dan kesamaan ini bisa membekas dalam-dalam di hati keempat anaknya. Sebagai pendidik dan guru, nilai-nilai hidup keserhanaan telah mereka kenal sedari kecil, mulai dari hal-hal yang sederhana dari kebersamaan dan kesamaan ini.

Menyerahkan pada kebebasan anaknya
Selepas SMP, ketiga anak lelakinya memutuskan masuk seminari dan akhirnya menerima tahbisan imamat. Dalam perjalanan waktu, satu dari tiga pastor anak pasangan Frans Saragih dan Ny. Nurti br. Manurung ini memutuskan copot jubah. “Terus-terang, kami sangat terpukul, malu hati,” ungkap Frans Saragih.

Ketika anak pertamanya akan mengucapkan kaul kekal sebagai anggota imam-imam kapusin (OFMCap), Frans mengaku menyerahkan keputusan itu pada kebebasan nurani Fr. Ivan Adelbert untuk mau lanjut atau tidak. “Tanya saja hati nuranimu saja (apakah mau terus atau tidak sebagai imam kapusin), dan jangan tanya sama bapak,” tegas Frans Saragih seraya tak menampik minta bimbingan Roh Kudus agar keputusan anaknya tepat dan benar.

Berkat didikan tertib orangtua
Orangtua, demikian pendapat Pastor Ivan Adelbert Siallagan OFMCap dalam kesempatan sharing ini, menjadi pilar penting hingga menjadikan dirinya mantab melakoni hidup sebagai imam kapusin.

Kalau dibilang tidak pernah berkelahi seperti pengakuan ayahnya, tukasnya kemudian, memang itu benar. “Namun, tak berarti antar saudara laki-laki kami tidak pernah ribut,” kata Romo Ivan yang sebagai anak pertama juga mendapat tugas sebagai ‘ibu rumah tangga’ yakni mencuci semua pakaian adik-adiknya.

Hal sama juga ditegaskan oleh Pastor Fernandus, imam diosesan Keuskupan Agung Medan. Menurut dia, didikan orangtuanya sangat membekas di hatinya; utamanya dalam hal tekun menggumuli hal-hal yang sederhana dalam hidup rumah tangga.

Ny. Nurti br. Manurung mengiyakan pendapat dua pastor, anaknya. Setiap kali ada kesempatan mereka suka mengadakan misa syukur untuk memperingati ulang tahun tahbisan kedua anaknya. “Kami berdua selalu berdoa mendukung hidup mereka sebagai imam,” kata Frans Manurung yang juga diiyakan oleh Ny. Murti.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here