DETAK jam tidak pernah berhenti. Berbeda dengan kehidupan insan manusia: Berdoa, Bekerja, dan beristirahat. Di saat sedang beristirahat selama satu jam, Dika menelpon sahabatnya, Egi.
Dika: “Hi, gimana kabarnya?”
Egi: “Semakin suram Bro.”
Dika: “Sama! Di sini juga bro. Yang penting, kamu sehat ya.”
Egi: “Pasti Bro. Sip. Eee, bentar ya, aku tutup pintu kamarku dulu.”
Setelah beberapa detik …
Egi: “Ok. Lanjutkan”
Dika: “Aku mau curhat nich. Cukup 30 menit saja.”
Egi: “Siap. Seperti biasa, pasti curhatanmu seru. Lanjut …”
Dika: “Egi, pernahkah kamu melewati jalan yang sunyi?”
Egi: “Ach kamu, puitis banget. Sekarang ini, dimana-mana jalan sunyi bro. Maksudmu?”
Dika: “Gimana ya, kok aku merasa hidupku semakin hari semakin tidak nyaman. Aku kehilangan “spirit rejoice”. Bahagia sich iya, tetapi tidak “Rejoice”.
Egi: Memang tidak sama “Bahagia” dengan “Rejoice”.
Dika: “Beda banget. “Happy” itu masih dangkal. Tetapi kalau “Rejoice” dalem banget bro. Dan itu sepertinya “menghilang” bro.
Egi: “Then …”
Dika: “Itu dia, sekarang aku merasa berjalan di jalan yang sunyi.”
Egi: “Aku tidak pernah berpikir sejauh itu, tetapi setelah kurasakan, sama juga bro, aku juga sepertinya berjalan di jalan yang sama. Jangan-jangan …”
Dika: “Atau karena manusianya ya, sehingga jalanan menjadi sunyi.”
Egi: “Iya kali. Tidak ada suara. Jalannya tetap, tetapi tidak ada suara. Tidak ada senyum. Tatapan mata terhalangi.”
Dika: “Itu dia bro. Itu yang kumaksud. “Spirit Rejoice” benar-benar hilang. Sunyi betul jalan yang kulalui ini.”
Egi: “So, What we have to do?”
Dika: “Bertahan, teruskan perjalanan. Sampai menemukan keramaian kembali.”
Egi: “Lanjutkan Bro. Itu yang aku suka darimu. Tidak pernah menyerah.”
Dika: “Sebaliknya, yang aku suka darimu, selalu punya waktu untukku.”
Egi: “Sip Bro. Ada yang lain?”
Dika: “Cukup. Ok. Stay home. Stay healthy. Stay and stay ….”
Egi: “Ok. Lanjut. Sampai jumps 2 Minggu lagi ya.”
Dika: “Jangan lupa jemput di Bandara ya. Pesawatku mendarat Pukul 09.30 WIB. Bandara Soekarno-Hatta, Terminal 3.”
Egi: “Siap Bro. Aku sudah beli karpet merah dua meter di Pasar Tanah Abang.”
Dika: “Kok dua meter?”
Egi: “Iya dhonk. Cukup diletakkan di depan pintu mobil hahaha.”
Dika: “Gila lu, ok Bro. Sip-sip. God bless you. Bye.”
Egi: “Thanks. God bless you too. Bye.”
Dilanjutkan perjalanan melalui jalan yang sunyi ini …
Hong Kong, 14 April 2020