Check Up

0
224 views
Ilustrasi - Check up paru-paru. (Ist)

Renungan Harian
Jumat, 2 Juli 2021
 
Bacaan I: Kej. 23: 1-4. 19; 24: 1-8. 62-67.
Injil: Mat. 9: 9-13
 
USAI perayaan ekaristi, sebagaimana biasa, saya menyapa umat yang pulang. Sering kali hanya bertegur sapa, selamat hari Minggu atau selamat pagi.

Namun tidak jarang beberapa berhenti sejenak untuk sedikit ngobrol. Hari itu ada satu keluarga yang menemui saya untuk ngobrol sejenak di halaman gereja.

“Selamat pagi, wah lengkap ini, semua ke gereja. Semua sehat?,” sapa saya.

“Puji Tuhan Romo, kami sehat. Tapi ini bapaknya akhir-akhir ini sering batuk-batuk, setiap kali diajak ke dokter selalu tidak mau. Bilangnya tidak apa-apa,” ibu itu menjawab.

“Saya sehat Romo. Saya makan masih enak, tidur juga nyenyak. Cuma isteri saya aja yang agak cerewet,” bapak itu menjawab dengan tertawa sambil melirik isterinya mesra.

“Namanya juga isteri, ya Romo, cerewet itu  karena perhatian kan ya,” isterinya menjawab.
 
“Bapak, menurut saya tidak ada salahnya kalau bapak periksa ke dokter, untuk memastikan bahwa bapak sungguh-sungguh sehat. Dan maaf seandainya ada yang kurang baik dapat diobati sedini mungkin,” saya ikut menyarankan.

“Pak, itu dengerin kata Romo. betul itu supaya yakin aja kalau bapak sehat,” ibu itu ikut menimpali.

“Wah romo, saya itu khawatir. kalau diperiksa malah ketahuan penyakit yang nggak-nggak,” jawab bapak itu sambil tertawa.
 
Selama DUA minggu saya tidak melihat keluarga itu ikut perayaan ekaristi. Saya kepikiran jangan-jangan bapak itu benar-benar sakit.

Kemudian saya mencari tahu lewat ketua lingkungan kabar keluarga itu.

Dari ketua lingkungan saya mendapat kabar bahwa bapak itu dirawat di rumah sakit.

Maka esok hari saya mengunjungi bapak itu yang sedang dirawat. Ketika bertemu di rumah sakit saya melihat bapak itu terbaring lemah.

“Romo, betul kata romo, saya terkena kanker paru. Untungnya masih dini romo, jadi harapan sembuh lebih banyak.

Satu sisi saya sedih romo, tetapi di sisi lain saya bersyukur untung setelah bertemu romo itu besok pagi saya dipaksa istri untuk periksa dan ketahuan ada kanker paru saya.

Saya jadi sadar jangan pernah merasa yakin kalau diriku sehat,” bapak itu menjelaskan.
 
Kata-kata bapak itu yang mengatakan jangan pernah merasa yakin bahwa diriku sehat terngiang terus dalam diri saya.

Satu pihak mengingatkan saya untuk waspada tentang kesehatan fisik saya, namun lebih jauh membawa saya pada permenungan akan kesehatan rohani saya.

Betapa sering merasa hidupku damai dan aman; di samping itu yang lebih berbahaya hidupku seperti terus berkembang ke arah yang lebih baik padahal “mandek” atau bahkan menurun.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam injil Matius: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit.”
 
Bagaimana dengan aku, apakah aku selalu merasa diriku selalu “sehat”?
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here