Children Learn What They Live

0
184 views
ILustrasi: Orangtua menjadi penuntun terang iman anak-anaknya. (FX Juli Pramana)

Puncta 19.08.23
Sabtu Biasa XIX
Matius 19: 13-15

PERNAH terjadi seorang bapak marah kepada anak karena dia dianggap mengganggu saat bapak itu sedang main game di HP-nya. Ia menampar anak itu sampai pipinya merah.

Ada lagi kejadian seorang pensiunan ASN di sebuah rumah sakit di Makassar memukul anak kecil saat dia sedang bermain catur.

Bahkan ada yang tega memperkosa anak di bawah umur, dan itu dilakukan oleh orang-orang dewasa. Bahkan di tempat-tempat pendidikan agama.

Contoh-contoh kejadian itu menunjukkan betapa miris dan rentannya kekerasan terhadap anak. Anak-anak adalah orang lemah yang tidak punya kuasa. Mereka mudah sekali menjadi korban tindak kekerasan.

Saya teringat sebuah puisi tulisan Dorothy Law Nolte seorang pemerhati pendidikan. Dia menulis judul Children Learn What They Live.

Puisi itu diterjemahkan begini:

Anak-anak Belajar dari Kehidupannya

Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.

Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.

Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri.

Jika anak dibesarkan dengan hinaan, ia belajar menyesali diri.

Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri.

Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.

Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai.

Jika anak dibesarkan dengan perlakuan yang baik, ia belajar keadilan.

Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan.

Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi dirinya.

Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.

Yesus menasihati murid-murid-Nya karena mereka memarahi orang-orang membawa anak-anak kecil datang kepada-Nya.

“Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang seperti itulah yang empunya Kerajaan Surga.”

Karena merasa berkuasa, kita ini kurang menghargai yang kecil, lemah, miskin dan orang-orang pinggiran.

Yesus justru menunjukkan di dalam diri merekalah nampak citra pribadi yang memiliki kepercayaan kepada Allah. Mereka adalah orang-orang yang dikasihi Allah. Menghargai mereka berarti juga menghargai Allah. Mari kita hargai anak-anak.

Naik ke Gunung Ijen sampai dekat kawah,
Menikmati birunya api yang merekah.
Dalam diri orang kecil kita melihat Allah,
Merendahkan diri akan banyak dapat berkah.

Cawas, hormati anak-anak kecil

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here