TIDAK seorang pun dapat membeli cinta, karena cinta hanya dapat dibayar dengan cinta. Yesus bersabda, “Barang siapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.” (Yohanes 14:21).
Tingkat pendidikan yang tinggi pun bukan syarat untuk mencintai. Yang paling diperlukan adalah menyerahkan diri seutuhnya kepada yang dicintai dan mencintainya. Itulah yang kita temukan dalam pribadi Santa Katarina dari Siena.
Anak ke-23 dari 25 bersaudara ini buta huruf. Sejak masa remaja telah mempersembahkan diri kepada Tuhan Yesus. Dia menolak rencana orangtua yang hendak menikahkannya.
Pada usia 16 tahun, dia resmi menjadi anggota Ordo Ketiga Dominikan. Kemudian membentuk gerakan “kasih total kepada Allah” sebagai sarana pertobatan dan pembaharuan hidup.
Ketika berusia 19 tahun, dia mengalami Pengalaman Mistik Perkawinan dengan Yesus. Inilah pengalaman rohani tertinggi persatuan dengan Tuhan. Itu terjadi setelah bertahun-tahun dia memelihara orang sakit dan miskin. Bukankah Yesus menyamakan Diri-Nya dengan orang yang paling hina (Matius 25:40.45)?
Sebagaimana cinta sejati hanya impas dibalas dengan cinta, demikian pun cinta Katarina kepada Tuhannya. Tuhan Yesus membalas kasih itu dengan mengalami kasih-Nya secara pribadi.
Pada usia 23 tahun, Katarina mengalami rangkaian penglihatan rohani (visions) tentang neraka, api penyucian, dan surga. Ketiganya erat dengan cinta. Neraka adalah tempat absennya cinta, di api penyucian cinta orang dimurnikan, dan di surga orang mengalami cinta yang sempurna.
Semua orang dipanggil untuk mencinta. Orang menjawab panggilan itu dengan menaati hukum cinta (Matius 22:37-39). Mereka yang melaksanakannya sesuai dengan pesan Yesus (Yohanes 14:21) akan mengalami cinta. Bukan cinta manusiawi, melainkan cinta ilahi.
Benar, buah cinta adalah cinta. Tidak lebih, tidak kurang. Apakah kita siap untuk mencinta?
Senin, 29 April 2024
Peringatan Santa Katarina dari Siena
HWDSF