Cinta, Iman, dan Harapan di Garis Tipis Pertemuan Hidup dan Kematian

0
675 views
Ilustrasi: Memberi pelayanan Sakramen Pengurapan Orang Sakit oleh Pastor Frans MSC.

SPEND all your time waiting for that second time

For the break that will make it ok

There’s some reason to feel not good enough

And it’s hard at the end of the day

BAGIAN lirik di atas diambil dari lagu berjudul Angel song oleh penyanyi Sarah Mclachlan. Sangat  pas dengan pengalaman pendampingan saya dengan salah satu umat yang menghadapi sakrat maut beberapa waktu lalu.

Lagu ini menggambarkan tentang  situasi saat menghadapi kematian. Menghadapi dunia baru dengan perasaan yang serba tidak nyaman.

***

Garis tipis pertemuan kehidupan dan kematian kami alami dalam beberapa jam, saat beliau menghadapi sakrat maut. Sebuah momen yang tak bisa kami ubah. Namun kami harus menerima. Kesakitan, penderitaan, cinta, dukungan dan harapan melebur jadi satu.

Siang hari pukul 12.00 tepat. Serangan pada salah satu bagian tubuh beliau kembali lagi terjadi. Untuk kesekian kalinya. Kedua tangan kami saling memegang dan semakin erat.

Jari-jemari beliau mencengkeram telapak tangan saya. Bahasa tubuh yang mengatakan betapa sungguh kesakitan dan ketakutan akan lepasnya roh dengan badan.

Doa menjadi satu-satunya jembatan peristiwa saat itu. Mulut tak berhenti mengucapkan doa-doa dalam kata-kata maupun dalam lagu Maria. Tak ada hal lain yang bisa dibuat.selain kepasrahan pada Tuhan dan meminta Tuhan memberi yang terbaik.

***

Kalimat-kalimat yang terlontar dan menguatkan untuk beliau saat itu mengingatkan bahwa Yesus yang tersalib juga menderita.

Kami, saya dan tim berharap beliau menyatukan penderitaannnya dengan penderitaan Yesus sehingga mendapat kekuatan Ilahi. Selebihnya proses alami terjadi antara beliau, maut dan Yesus. Saya dan tim adalah pihak luar.

Inilah momen terakhir yang bisa saya berikan untuk beliau. Pikir saya.  Saya tak akan lagi melihat beliau secara fisik dan tak akan pernah lagi menanam tanaman bersama.

Saya mau menemaninya dalam menghadapi situasi sakrat maut. Memberikan tangan untuk beliau pegang. Bahkan beliau cengkeram.

Permintaan maaf beliau sampaikan, saat tubuh meronta kesakitan dan gerak bibir yang terputus-putus. Saya katakan iya dan beri anggukan kepala.

Sebagai manusia yang serba terbatas usaha secara medis telah dilakukan secara maksimal namun semuanya itu bergantung pada kehendak Tuhan.

Pertemuan antara kehidupan dan kematian hanya dapat dijembatani dan diletakkan pada iman. Iman akan Kristus yang memberi kekuatan dan pengharapan tanpa akhir. Bahkan saat sang roh tak lagi berada dalam tubuh yang fana.

***

Peristiwa antara hidup dan akan berakhirnya hidup terjadi dalam beberapa jam. Jari-jemari saya makin kram dan dingin. Karena cengkeraman tangan beliau yang makin kuat. Petugas medis mulai ambil alih melakukan tindakan dan genggaman itu melemah dan melepas.

Nafas beliau terhenti beberapa detik.

Bukan karena kemampuan medis yang utama. Namun karena kasih Kristus semata memberikan nafas untuk kedua kalinya. Sebuah tanda kuasa Tuhan yang melebihi batas-batas kemampuan manusia.

Kebahagiaan kami saat melihat beliau berangsur pulih kesehatannya. Mulai dari gerakan-gerakan sederhana. Yang sangat membahagiakan kami saat selesai berdoa Rosario, beliau tersenyum bahagia dan mengucapkan terimakasih.

Sebab tidak ada seorang pun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri, dan tidak ada seorang pun yang mati bagi dirinya sendiri.

Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati untuk Tuhan.

Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan. Sebab untuk itulah Kristus telah mati dan hidup kembali, supaya Ia menjadi Tuhan baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup. (Roma 14:7-9).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here