Selasa, 6 Desember 2022
- Yes. 40:1-11.
- Mzm. 96:1-2,3,10ac,11-12,13.
- Mat. 18:12-14.
KISAH cinta itu punya banyak warna dan tidak mudah untuk dipahami dengan logika.
Logika tidak bisa mengurai dengan jelas karena cinta itu tidak masuk akal, berbahaya dan penuh risiko yang membuat si pencinta siap mati untuk cintanya.
Cinta tetap cinta entah masuk akal atau tidak. Kadang kita tidak habis pikir, kenapa si A mencintai si B, yang menurut kita tak pantas.
Begitu juga cinta kasih Allah kepada kita kadang penuh misteri dan sulit dipahami. Bahkan ketika kita dalam keadaan terpuruk justeru kita melihat betapa tangan kasih Allah terulur dan merangkul kita.
“Jalan Tuhan merangkulku sungguh penuh misteri,” kata seorang bapak.
“Aku pernah hilang dan menjadi bahan cemoohan semua orang,” ujarnya.
“Isteri dan anak-anak, aku tinggalkan demi kesenangan semu, keluarga aku singkiri; bahkan Gereja pun tidak pernah aku injak,” paparnya.
“Semua itu aku lakukan demi perempuan lain,” sambungnya.
“Dalam situasi itu aku sungguh salut dengan isteriku, dia tidak pernah membenciku atau mengajari anak-anakku untuk menolakku bahkan berlaku tidak sopan pun kepadaku tidak boleh,” urainya.
“Hati isteriku benar-benar terbuat dari permata, ketika perempuan yang bersamaku meninggal, ia membuka pintu hatinya menerimaku dan anak dari perempuan itu,” urainya.
“Cinta isteriku yang terwujud dalam pengampunan telah membuatku semakin merasa kecil dan penuh dosa, karena aku telah berlaku tidak setia dan penuh dusta,” tegasnya.
“Sejak itulah, aku berusaha menata hidupku,” lanjutnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian.
“Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu?”
Tuhan begitu mengasihi kita sehingga ketika kita tersesat, Dia akan meninggalkan yang lain untuk mencari kita.
Yang tidak sesat tidak perlu perhatian lebih. Yang tersesat yang justru perlu perlakuan khusus dan penjangkauan yang khusus.
Tuhan tidak mencari karena prestasi rohani kita. Tuhan tidak mencari karena kita sudah melakukan banyak hal untuk Dia.
Tidak satu pun manusia yang diampuni-Nya karena prestasi rohani.
Tuhan hanya melihat salah satu domba yang dikasihi-Nya sedang tersesat.
Domba itulah yang dicari dan dibawa-Nya pulang. Mungkin domba itu adalah kita saat ini.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah yang telah membuatku hilang dan tersesat dari cinta Tuhan?