Selasa, 30 Maret 2021
Bacaan I : Yesaya 49:1-6
Injil : Yohanes 13:21-33.36-38
“AKU mencintaimu seumur hidupku,” kata seorang pemuda kepada gadis pujaannya.
“Saya juga cinta padamu, sampai mati,” kata gadis itu.
Setelah sebulan pertemuan itu, lelaki tadi diminta orangtuanya memutuskan hubungan cintanya pada gadis yang dia cintai.
“Saya tidak setuju kamu menikah dengan gadis itu. Kkarena saya tidak melihat dalam dirinya karakter yang baik sebagai calon ibu bagi anak-anakmu,” kata bapak dari pemuda tadi.
“Bapak terlalu mengada-ada. Saya sudah cinta dengan dia,” kata pemuda itu.
“Sikap mana yang membuat bapak tidak suka pada dia,” tanya pemuda itu pada bapaknya.
“Dia boros, suka belanja, suka hura-hura, kurang sopan santun dan tidak menghargai kami sebagai calon mertua,” kata bapak itu.
“Dia selama ini belanja pakai uangnya sendiri. Tidak benar dia suka hura-hura. Kalau bapak merasa kurang dihargai itu hanya perasaan bapak saja,” kata pemuda itu.
“Kalau kamu masih mau mendengar suara bapak, putuskan perempuan itu,” kata bapak itu dengan tegas.
Setelah merenungkan kata-kata bapaknya dan melihat perjalanan cinta dengan pacarnya, pemuda itu membenarkan beberapa pandangan bapaknya kepada pacarnya.
Dia memang suka belanja barang-barang mahal, meski menggunakan uangnya sendiri. Nanti jika hidup berkeluarga, pastilah akan terbawa kebiasaan itu.
Gayanya yang periang dan terbuka memang sering tak terkontrol, jika sudah bergabung dengan teman-teman akrabnya. Maka kadang terlihat kurang sopan dan tidak menghargai yang tua.
Maka dari beberapa pertimbangan itu, akhirnya pemuda tadi memutuskan hubungannya dengan pacarnya itu.
Mudah sekali bilang cinta bahkan akan setia seumur hidup. Namun ketika datang kesulitan, tantangan, omongan yang berbeda, lalu goyah dan mudah berbalik meninggalkan orang yang dicintainya.
Gadis tadi ditinggalkan orang yang telah berjanji setia padanya tanpa diberi kesempatan untuk menjelaskan diri. Dia ditinggalkan begitu saja.
Memang mudah mengatakan cinta, tetapi bertahan dan memperjuangkan cinta itu tidak mudah.
Seperti yang dilakukan Petrus dan Yudas, dengan alasannya masing-masing meninggalkan Yesus yang sebelumnya mereka ikuti dan cintai.
Mata Yudas yang silau uang membuat dia mengkhianati Yesus; bahkan menjualnya.
Petrus yang takut keselamatan jiwanya, rela menyangkal Yesus yang dia cintai.
Apakah kita bisa bertahan ketika cinta kita pada Tuhan Yesus menghadapi ujian?