Beberapa saat lalu, saat kami tegang menjawab ujian, seorang mahasiswa justru asyik dengan blackberry-nya. Ia sibuk mengetik atau meng-SMS seseorang. Wajahnya kusut, dan tidak bersemangat. Saya bertanya dalam hati, teman ini kok sibuk dengan blackberry padahal kami asyik menjawab pertanyaan. Saya berpikir positif saja bahwa ia sudah selesai karena ia tergolong pintar.
Saat keluar dari kelas dan tepat di pelataran parkir, saya mendengar orang ribut, berdebat dan bertengkar. Kalimat yang jelas kutangkap ialah, “Cobalah mengerti aku, cobalah mengerti aku.” Kalimat yang bernada keras ini datang dari seorang wanita setengah baya. Saat saya lihat temannya bersoal jawab, ialah mahasiswa yang asyik meng-SMS waktu ujian, baru saya mengerti bahwa ia sedang bertengkar dengan isterinya.
Kalimat “cobalah mengerti aku, cobalah mengerti aku,” menjadi tekanan emosi dari si wanita. Saya bergumam dalam hati, “Kawan ini pintar di kelas, gampang mengerti materi pelajaran, tetapi kok sulit mengerti pasangannya.” Dia tidak berkutik dan hanya diam tanpa mengucapkan kata-kata. Namun kemudian saya sadar bahwa mengerti orang lain, mengerti pasangan hidup bukanlah segampang membalikkan tangan.
Pengertian akan orang lain, bukan hanya mengerahkan isi pikiran tetapi lebih pada perasaan dan hati. Kalau saya mengatakan mengerti Anda berarti saya memahami kepribadianmu, menerima kekurangan dan kelemahanmu tanpa saya menghakimimu lebih rendah, hina, dari saya dan sebaliknya saya lebih tinggi, hebat dan pintar dari Anda. Kalau suami mengatakan mengerti isterinya, itu berarti ia menghargai kepribadiannya, keberadaan isterinya sangat bernilai untuknya dan kehadiran isterinya sangat penting baginya.
Pengertian sangat penting dalam membangun relasi dengan siapapun. Pengertian yang berisi pemahaman adalah fondasi yang kuat dalam hidup berkeluarga. Namun untuk sampai kepada pengertian dan pemahaman yang diharapkan kedua belah pihak harus terbuka, berdialog, bekerjasama, dan komunikasi. Kalau sampai sekarang Anda belum mampu mengerti satu sama lain itu bagaikan rel kereta api yang satu arah, satu jalur, saling melihat tetapi tidak ada titik temu. Tidak ada pertemuan hati.
Saudara-saudari terkasih dan teman-teman sekalian, Apakah Anda sudah mengerti temanmu, pasanganmu, suamimu, isterimu and anak-anakmu? Apakah Anda memahami kepribadian mereka yang unik, dan menerima kelemahan dan kekurangan mereka? Kalau belum, jangan bersikap pesimis. Mengerti dan memahami orang lain adalah pelajaran seumur hidup dan tidak akan pernah berhenti dan berakhir.
Ingatlah kalau Anda sudah saling mengerti, saling memahami dan menerima, Anda akan menghargai teman dan pasanganmu walau bagaimana kepribadiannya. Dengan itu, kamu juga tidak akan menuntut orang lain harus sama seperti dirimu tetapi membiarkan mereka bertumbuh dan menjadi diri mereka sendiri. Semoga.
Selamat malam, Allah memberkatimu, keluarga dan anak-anakmu.
Photo credit: She Inspires Online Women’s Magazine
Image credit: Answers in Genesis