PADA hari Kamis, 7 Desember 2017, saya menghadiri The 12th Annual Marketing Conference di Ballroom Pacific Place. Selain dihadiri oleh dua orang menteri, Konferensi ini diikuti oleh sekitar 5.000 peserta dari pelbagai perusahaan dan lembaga, yakni para eksekutif bisnis, pelaku marketing, akademisi dan mahasiswa yang berasal dari negara-negara ASEAN.
Inilah jumlah peserta yang sejauh ini berulang setiap tahun.
Marketing Conference yang berlangsung sehari penuh diadakan sejak tahun 2006. Peristiwa ini menyajikan suatu gambaran komprehensif dan konkrit, termasuk ramalan-ramalan tentang fenomena marketing dan tren di tahun berikutnya.
Untuk konferensi ini diangkat tema “Navigating the Unpredictables”.
Pembahas utama adalah Hermawan Kartajaya, pendiri dan pemimpin Markplus, Inc., yang sudah diakui dunia bersama dengan Philip Kotler.
Pada kesempatan konferensi ini yang diklaim sebagai terbesar di Asia, dianugerahkan penghargaan (awards) pada 17 orang yang bergerak dalam 17 bidang usaha, baik BUMN maupun swasta. Dari 17 orang ditetapkan satu orang sebagai “Marketeer of the Year” yang pada tahun ini diberikan kepada Direktur Utama Telkomsel: Ririek Adriansyah.
Pastor kenali dunia marketing
Saya mulai berkenalan dengan dunia marketing ketika bertemu dengan Pak Hermawan Kartajaya, pakar strategi marketing saat beliau tengah berziarah ke Roma dalam rangkaian perayaan 25 tahun terpilihnya Yohanes Paulus II menjadi Paus pada Oktober 2003. Ketika itu, beliau sedang menggumuli konsep spiritual marketing, yang berpusat pada heart dan compassion dengan nilai-nilai kejujuran, etika dan moral.
Diskusi kami berkisar pada pemahaman kristiani tentang compassion.
Sampai saat itu, beliau sudah mendapat masukan tentang pemahaman Islam dan Buddhis tentang konsep ini. Nampaknya beliau cukup puas dan turut memasukkan konsep compassion ini dalam pemaparan barunya tentang marketing, termasuk dalam marketing syariah yang ikut dibedahinya.
Bukan kali pertama saya menerima undangan untuk konferensi tahunan ini. Sudah beberapa kali saya menghadirinya.
Selain untuk acara-acara marketing besar, saya dan alm. Romo Rudy Kwari Pr biasanya diundang beliau untuk pendampingan dan pelayanan rohani beliau sebagai seorang Katolik yang sibuk di bidang keahliannya.
Sekurang-kurangnya setiap kali mengikuti seminar atau pemaparan beliau tentang marketing, saya mendapat pelajaran baru tentang tren dalam dunia usaha dan marketing.
Biasanya terlintas dalam pikiran saya bagaimana strategi marketing ini nantinya dapat diaplikasikan dalam aktivitas pastoral umat, lembaga religius dan tugas pengutusan Gereja.
Setidak-tidaknya saya pernah memfasilitasi beliau untuk menjadi pembicara di lingkungan umat, seperti misalnya kepada para anggota Dewan Paroki Kedoya, para pemuka umat dari paroki-paroki Keuskupan Manado dan civitas academica Universitas Katolik De La Salle Manado.
Hermawan Kartajaya dan Romo Greg Soetomo SJ
Sebenarnya untuk menjawab pertanyaan atau kegelisahan seperti itu, maka konsep marketing Hermawan Kartajaya pernah juga menarik perhatian Romo Greg Soetomo SJ.
Pada November 2006 lalu, Romo Greg menerbitkan buku berjudul Hermawan Kartajaya on Church.
Buku ini adalah adaptasi dari SME (Sustainable Marketing Enterprise), sebuah konsep yang diprakarsai oleh Hermawan Kartajaya.
Romo Greg mengadaptasi konsep strategis ini dalam Gereja dan menghasilkan konsep PAC (Pilgrim Apostolic Church).
Buku ini bermaksud untuk memberi perspektif yang baru bagaimana komunitas Gereja dapat mempraktikkan evangelisasi dan pembinaan umat secara efektif.