SEBAGAI universitas yang secara jelas mendeklarasikan diri sebagai Christian University, setiap student leader di Universitas Pelita Harapan (UPH) harus menerapkan Christ-centered leadership. Bukan hanya dalam kehidupan berkuliah di UPH, tapi juga dalam setiap interaksi dan aktivitas yang dilakukannya.
Hal inilah yang menjadi pesan kegiatan Cornerstone Initiative. Kegiatan ini adalah salah satu cara membuka pikiran setiap student leader di UPH untuk menjadi pemimpin yang ‘berjalan bersama’ Tuhan.
Ketiga kalinya
Cornerstone Initiative kembali diadakan untuk ketiga kalinya pada Jumat-Sabtu, 19-20 Oktober 2018 di Gedung D UPH Lippo Village. Yohanes Halim, salah satu pembicara dalam acara ini mengungkapkan pentingnya keberadaan dan karakter yang dimiliki oleh seorang pemimpin.
“Pemimpin sangat penting peranannya. Setiap pemimpin harus menyadari kepada siapa ia harus bersandar. Karena seperti yang ada di dalam Alkitab, ketika pemimpin berbuat dosa, maka seluruh bangsa dihukum, dan ketika pemimpin taat kepada Tuhan, maka seluruh bangsa diberkati,” ujar Yohanes.
Adapun pembicara lain dalam Cornerstone Initiative 3 adalah Thomas Purnawan Suhardja, Tony Antonio, Raymond Liu, dan Pdt. Yung Tik Yuk.
Masih menurut Yohanes, penting menciptakan sinergi antara pemimpin, dosen, maupun mahasiswa UPH agar memiliki pemikiran sama terkait Christ-centered leadership. Dan salah satu caranya adalah dengan mengadakan Cornerstone Initiative ini yang akan membentuk pola pikir student leader sebagai pemimpin yang berlandaskan Kristus.
“Setelah mengikuti Cornerstone Initiative, diharapkan setiap mahasiswa yang menjadi pemimpin maupun calon pemimpin dapat menggumuli arti penting Christ-centered leadership dalam hidup mereka,” ungkap Yohanes.
Hal inilah yang dirasakan oleh Jeremy Emmanuel, mahasiswa Program Studi Manajemen angkatan 2015.
Ia mengikuti Cornerstone Initiative pada tahun 2016, saat ia menjadi Ketua BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) UPH.
Menurut dia, mengikuti Cornerstone Initiative bisa mengubah sudut pandangnya tentang bagaimana harus menjadi pemimpin.
“Seorang pemimpin organisasi di UPH adalah seorang pelayan Tuhan, sama seperti ketika kita melayani di Gereja, misalnya. Dalam Cornerstone Initiative ini, saya diingatkan bahwa pemimpin harus berjalan bersama Tuhan, dan bukan mengandalkan diri sendiri. Aktif di organisasi juga seharusnya bukan sekadar untuk aktualisasi diri, tapi memandangnya sebagai bentuk pelayanan,” ungkap Jeremy.
Panggilan
Dari kegiatan Cornerstone Initiative , ia juga semakin mengerti tentang vocation dalam hidupnya, yaitu ingin melayani anak-anak muda. Karena itu, ke depannya Jeremy berharap bisa aktif dalam pelayanan di Departemen Student Life UPH.
Sama seperti Jeremy, Rachel Kumendong, mahasiswa Prodi Hubungan Internasional angkatan 2015, juga jadi mengetahui panggilannya setelah mengikuti Cornerstone Initiative.
Mantan peserta Cornerstone Initiative pertama yang pernah menjabat sebagai Ketua Spiritual Growth ini mengaku ingin melakukan penginjilan dalam bentuk tim misi yang menjangkau banyak orang di luar UPH.
“Dalam Cornerstone Initiative, saya pernah menjadi peserta, mentor, dan kini menjadi panitia. Saya melihat bahwa seorang pemimpin adalah seorang yang mau melayani. Setelah aktif dalam Cornerstone Initiative, saya kemudian merubah pola pikir saya untuk terus menjadikan Kristus sebagai landasan saya sebagai pemimpin sekaligus pelayan Tuhan,” ujar Rachel.
Sebagai panitia, Rachel juga mengungkapkan bahwa Cornerstone Initiative tahun ini memiliki empat topik utama:
- Presented Leadership.
- Servant Steward Shepherd.
- Transformational Leadership.
- Go and Make Disciple.
Secara keseluruhan, Cornerstone Initiative 3 ingin menyampaikan bahwa Kristus adalah landasan kepemimpinan, sehingga hidup seorang student leader di UPH harus bertransformasi lalu ke luar melayani dalam masing-masing organisasi yang dipimpinnya.
Sumber: UPH media release by Maydeline Tandipuang