Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengharapkan guru sebagai pendidik jangan sampai bersikap antientrepreneur, melainkan justru memotivasi muridnya berwirausaha.
“Pokoknya, guru tidak anti-entrepreneur saja sudah bagus. Untuk tahap pertama,” katanya usai menyampaikan kuliah umum “Mandiri Entrepreneur” di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) PGRI Semarang, Minggu.
Menurut dia, tahap pertama pengenalan wirausaha memang membutuhkan guru yang tidak menolak “entrepreneurship”. Setelah itu, tahap kedua guru yang mampu menginspirasi dan mendorong anak didiknya menjadi “entrepreneur”.
Untuk mampu memotivasi muridnya menjadi “entrepreneur”, dia mengakui pentingnya para guru dibekali dengan kemampuan dan pemahaman tentang kewirausahaan agar bisa menginspirasi murid-muridnya.
“Tidak perlu mengajarkan langsung. Cukup dengan memberi inspirasi saja bahwa ’entrepreneur’ itu masa depan yang harus ada di Indonesia,” kata mantan Direktur Utama PT PLN itu.
Saat ditanya pentingnya pembelajaran kewirausahaan bagi siswa di sekolah, mulai SD hingga SMA, dia enggan mengiyakan.
“Nanti kalau saya bilang perlu, banyak sekali yang perlu. Ini juga ingin masuk, itu juga ingin masuk. Nanti malah membebani,” katanya.
Pembelajaran kewirausahaan kepada siswa, kata Dahlan, sebaiknya diberikan secara inspiratif, informal, dan sifatnya ekstrakurikuler.
Senada dengan itu, Rektor IKIP PGRI Semarang Muhdi mengatakan bahwa pembelajaran kewirausahaan tidak cukup diberikan dengan mengajarkan, misalnya, mahasiswa disuruh membuat proposal kemudian mereka berwirausaha.
“Bukan seperti itu, harusnya itu (entrepreneurship) sebagaimana karakter ditanamkan sejak dini. Sejak pendidikan anak usia dini (PAUD). Mereka yang memiliki peran strategis dalam hal ini adalah guru,” katanya.
Oleh karena itu, kata dia, dibutuhkan guru yang bisa menginspirasi dan memotivasi siswa-siswanya menjadi “entrepreneur” sejak dini, melalui penanaman nilai-nilai yang membentuk karakter siswa.
“Sebagai contoh di Turki, anak-anak PAUD diajarkan menggambar dan sebagainya. Karya mereka itu tidak dibiarkan begitu saja setelah dinilai. Namun, dijual meski pada orang tuanya. Dari situ muncul jiwa wirausaha,” kata Muhdi.