Dalam Kerapuhan, Tuhan Memilih Kita Menjadi Batu KarangNya

1
5,097 views
PENGAKUAN Petrus bahwa Yesus adalah Kristus (Juru Selamat) dan pengakuan Yesus bahwa Simon adalah Petrus merupakan ungkapan kepercayaan yang sangat besar satu kepada yang lain.

Dalam kitab-kitab Perjanjian Lama, bangsa Israel mengenal Musa dan Elia, yang merupakan nabi yang paling besar yang pernah mereka dengar atau baca. Tindakandan ajaran mereka mempengaruhi hidup seluruh bangsa. Kuasa dan ajaran Yesus, tidak terlalu luar biasa jika dibandingkan dengan kedua nabi besar itu.

Dalam Kis. 5:36-37, ada catatan bahwa disekitar waktu sebelum Yesus tampil, sudah ada orang-orang yang mengaku diri mesias; mereka membuat pemberontakan, mati terbunuh. Simon dan teman-temannya pasti tahu akan peristiwa itu. Toh mereka berani mengakui Yesus sebagai Mesias, Kristus.

Bukan pengertian tapi sikap
Iman bukan suatu pengertian tetapi sikap percaya, penyerahan diri yang berani ambil resiko. Waktu para murid mengakui Yesus sebagai Kristus, mereka juga tidak terlalu memahami arti kata itu.

Mereka memaksudkan Kristus sebagai pemimpin politik yang membebaskan bangsa mereka dari penjajahan Roma dan nanti akan memberi para rasul kedudukan tinggi. Tetapi meski pemahaman mereka tidak sempurna, Yesus menghargai kepercayaan mereka.

Simon diberi nama baru, “batu karang”, dasar bagi semua orang beriman. Dan siapa Simon? Dari Injil kita ketahui bahwa dia bukan orang yang sangat dapat diandalkan. Orangnya spontan, reaktif, pengecut dan penyangkal Yesus. Tetapi Simon dan teman-temannya mengikuti Yesus karena tertarik pada pribadiNya.

Dari pengalaman mereka bersama Yesus, mereka berani mengambil sikap: memilih percaya dan berharap pada Yesus, sebelum mereka mendapat pemenuhan jaminan apa-apa dari Yesus. Bukankah pola hubungan kita dengan Tuhan seharusnya demikian? Pengenalan kita akan Tuhan tidak sempurna; Iman kita lemah, hidup kita penuh kesalahan dan dosa.

Tetapi kita mau tetap percaya, berserah dan terus maju melangkah bersama Tuhan. Dan Tuhan yang mengenal segala seluk beluk diri kita, bukan hanya menerima kita, tetapi lebih dari itu: Tuhan mengurbankan diriNya bagi kita dan juga mempercayai kita untuk ikut meneguhkan, menghadirkan, menyebarkan  GerejaNya di dunia ini.

Jangan takut
Seorang anak laki-laki bersama ayahnya sedang bepergian naik mobil, ketika seekor lebah terbang masuk melalui jendela. Anak itu sangat ketakutan waktu melihat lebah itu mendengung di sekitar kepalanya. Ia mencoba mengusir lebah itu dengan tangannya; ia begitu takut, sehingga hampir-hampir terjadi kecelakaan. Anak itu sangat ketakutan karena dia alergi sengatan lebah.

Dokter sudah mengatakan, kalau dia tersengat lebah, dia bisa mati. Ayahnya juga mencoba mengusir lebah itu keluar lewat jendela, tetapi juga tidak berhasil. Maka ayahnya menangkap lebah itu dengan tangannya; tapi segera dilepaskannya lagi. Lebah itu kembali berputar di sekeliling kepala anak itu yang membuat anak itu berteriak dan menangis ketakutan. Maka ayahnya menepikan mobil dan menghibur anaknya.

“Jangan takut, sudah tidak ada bahaya lagi.” Ia menunjukkan telapak tangannya yang bengkak dan kelihatan sengat lebah itu menancap di telapak tangannya. Jadi ayah itu menangkap lebah itu dan tersengat, sehingga lebah itu tidak berbahaya lagi untuk anaknya. Hai maut, di manakah sengatmu?

Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita (1Kor. 15:55-57). Yesus mengambil sengat maut dengan kematianNya, sehingga kita dapat hidup bersamaNya untuk selamanya.

Petrus dan para murid lain belum memahami secara penuh siapa Yesus itu. Tetapi mereka dikenal dan dipercaya menjadi batu karang bagi Gereja. Hal itu menjadi mungkin karena kematian Yesus menjadi jaminan kehidupan kita. Apakah kita dapat mengenal kuasa Tuhan bekerja dalam kerapuhan hidup kita?

Serapuh apa pun kita, Tuhan Yesus memilih kita menjadi bagian dari batu karang yang dipilihNya untuk mencegah kuasa maut masuk dalam KerajaanNya. Beranikah kita bersama Petrus dan teman-temannya menjawab kepada Tuhan Yesus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup” dan berjuang berjalan terus bersama Dia? Amin.

MINGGU BIASA 21, A; 21 Agustus 2011
Yes. 22:19-23; Rom. 11:33-36; Mat. 16:13-20

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here