“Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti.” (Yes 48,18)
“KALAU rakyat ditanya keinginan mereka, jawabnya pasti menginginkan kehidupan yang damai dan sejahtera. Rakyat ingin semakin sejahtera dan mandiri. Selain itu, rakyat juga ingin punya daya tangkal dan daya cegah terhadap berbagai hal yang mengancam keutuhan bangsa.” Hal ini ditegaskan oleh Walikota Solo berkaitan dengan kegiatan TNI Manunggal Masuk Desa, yang dilaksanakan selama 30 hari.
Damai sejahtera sesungguhnya tidak hanya merupakan keinginan rakyat Solo, tetapi juga merupakan keinginan rakyat di daerah lain; bahkan semua orang mungkin mempunyai keinginan yang sama, yakni ingin hidup dengan damai dan sejahtera serta bahagia. Banyak orang ingin hidup damai; bersedia menjadi duta perdamaian atau pasukan penjaga perdamaian. Perundingan damai juga banyak diselenggarakan dan dihadiri oleh berbagai pihak yang bersengketa.
Selain itu, banyak orang juga ingin hidup sejahtera; tercukupi segala kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan materi dan rohani serta kebutuhan lainnya. Banyak orang berdoa agar dijauhkan dari berbagai kekurangan dan kesulitan. Banyak orang berusaha dengan tekun dan bekerja keras, rela meninggalkan keluarga dan kampung halaman untuk mendapatkan kesejahteraan hidup.
Dan yang utama, banyak orang ingin hidup bahagia, di dunia dan di akhirat. Dengan berbagai cara, mereka menemukan dan menikmati kebahagiaan hidup duniawi; tanpa henti-hentinya mereka berdoa agar mendapatkan kebahagiaan hidup di surga bersama Allah Bapa.
Kenyataan menunjukkan bahwa tiga keinginan tersebut seringkali masih jauh tercapainya dan tidak jelas kapan bakal terwujudnya. Yang dialami bukan damai, tetapi pertentangan, konflik, permusuhan, ancaman dan berbagai kekerasan dalam keluarga, ditempat kerja dan di tengah masyarakat. Yang dinikmati bukan kesejahteraan, tetapi kemiskinan, kekurangan, kebangkrutan, kegagalan, kesulitan dan sekian banyak hutang, yang membuat hidup terasa berbeban berat. Yang dialami bukan kebahagiaan hidup, tetapi kesenangan sesaat, hiburan semu, senyum kepahitan, kesedihan mendalam, kekecewaan akut, penderitaan yang bertumpuk.
Damai sejahtera dan kebahagiaan rupanya tidak terletak dalam banyaknya harta, gemilangnya prestasi, moncernya usaha, bertumpuknya pangkat dan jabatan, lengkapnya fasilitas hidup, aktivitasnya dalam banyak pelayanan dan karya sosial; atau segala sesuatu yang melekat dalam diri atau banyak hal yang dikumpulkan dan dimiliki. Damai sejahtera dan kebahagiaan akan dialami oleh mereka yang bersedia mendengarkan perintah Tuhan dan melaksanakannya, mendengarkan ajaran-Nya dan setia mengikutinya, membiarkan diri dituntun oleh-Nya dan tidak menuruti keinginan diri sendiri.
Sejauh mana damai sejahtera dan kebahagiaan hidup aku alami dan aku perjuangkan selama ini? Tantangan, kesulitan dan peluang macam apa yang selama ini aku hadapi? Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)