Kamis, 21 April 2022
- Kis. 3:11-26.
- Mzm. 8:2a.5.6-7.8-9.
- Luk 24:35-48
PERJUMPAAN di tengah perjalanan, merupakan mutiara Paskah.
Para murid, berjalan tanpa orientasi yang jelas setelah peristiwa penyaliban dan wafat Tuhan.
Mereka berjalan dengan suasana hati yang suram, kecewa, dan tanpa harapan.
Hati mereka sangat sedih, hingga mereka mau pulang kembali ke masa lalunya, dengan cara hidup dan impian yang telah lama mereka tinggalkan.
Dalam perjalanan pergi menjauh inilah, Tuhan hadir dan mengajak mereka kembali dalam komunitas yang telah dibangun bersama, ketika Tuhan ada bersama mereka.
Damai sejahtera bagimu, inilah sapaan Tuhan saat perjumpaan dengan mereka.
Babak baru dalam kehidupan diajak untuk dibangun dan diperjuangkan kembali.
“Terima kasih sudah menemaniku ketika saya terpuruk,” kata seorang bapak.
“Engkau benar-benar sahabat yang baik dan setia,” lanjutnya.
“Semua menjadi jalan Tuhan untuk kita. Dia yang mempertemukan kita hingga kita bisa saling menolong dan saling menemani dalam segala situasi yang lalu,” sahut sahabatnya.
“Jangan berterima kasih kepadaku, karena tidak banyak yang bisa aku lalukan bagimu selama ini,” lanjutnya.
“Saya tidak berbuat banyak bagimu, kalau semua bisa berjalan baik itu karena perjuangan dan ketekunanmu menjalani hari-harimu,” katanya lagi.
“Iya, pada episode yang lalu, kamu benar-benar menjadi penyelamat hidupku,” sahut bapak itu.
“Kamu menjadikan aku berani menjalani pergulatan hidup yang sebelumnya aku tidak tahu harus bagaimana menghadapinya,” sambungnya.
“Keterbukaan dan kepercayaanmu itulah yang membuatku sangat nyaman masuk dalam situasi yang tidak mudah,” lanjutnya.
“Saya temanmu, aku hanya ingin kamu bisa menjalani kehidupanmu dengan segala dinamikanya,” sahut sahabatnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,”
Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: “Damai sejahtera bagi kamu.”
Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu.
Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu?
Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku.”
Kita bisa bayangkan bagaimana situasi yang dihadapi para murid Yesus saat itu.
Ada begitu banyak tekanan, ketakutan, dan keraguan.
Dalam situasi seperti itu, opini orang bisa sangat membingungkan, apalagi penilaian yang kadang tidak seimbang bisa membuat kita semakin terpuruk.
Saat seperti itu kita hanya perlu orang yang mau berjalan bersama kita. Kita membutuhkan pribadi yang sabar mau mendengarkan dan meneguhkan kita untuk merintis jalan kembali ke dalam inti kehidupan ini.
Pengalaman kebangkitan Tuhan menjadi pengalaman pribadi dalam perjalanan hidup sebagai murid Tuhan Yesus.
Bagaimana dengan diruku?
Kapan, di mana dan bagaimana diri ini mengenali bentuk kehadiran Yesus Kristus ditengah perjalanan hidup sehari-hari?