Selasa, 30 April 2024
Kisah Para Rasul 14:19-28
Mzm 145:10-11.12-13ab.21
Yohanes 14:27-31a
SETIAP orang mempunyai jalan hidup yang unik dan sangat personal. Setiap orang mengadakan perjalanan penuh hidup dan batin dengan liku-liku yang tidak selalu seindah yang terlihat di mata orang lain.
Terkadang, kita merasa tertinggal dalam perlombaan tanpa arah yang jelas, dan ini dapat menimbulkan perasaan tidak puas serta stres. Namun, penting untuk diingat bahwa kehidupan yang kita jalani adalah anugerah terindah yang kita miliki. Tidak perlu sakit hati atau menderita jika hidup yang kita jalani tidak seindah kehidupan yang tampak dari orang lain.
Jangan terlalu keras pada diri sendiri atau membandingkan diri dengan orang lain yang mungkin berada dalam situasi yang berbeda. Bagaimana kita menyikapinya bisa memengaruhi kesejahteraan emosional dan spiritual kita.
“Aku merasa dihina oleh keluarga suamiku,” kata seorang ibu. “Sejak suamiku meninggal, mereka berusaha menyingkirkan diriku dan anak semata wayangku. Aku benar-benar kecewa dengan mereka, hingga tubuhku sakit dan tak berdaya. Kadang saya ingin membalas sikap mereka, namun rasanya lelah jika setiap kali harus ribut. Maka saya putuskan meninggalkan mereka.
Namun apa daya, pergi dari mereka membuat saya diliputi kebencian dan dendam untuk membalas mereka. Situasi itu membuatku jadi orang yang acuh tak acuh dan gampang mencibir serta tidak menghargai orang lain. Setelah merasakan betapa menderitanya hidup yang diliputi rasa kecewa, marah, sedih, maka saya putuskan untuk mengubah sitausi batin itu.
Langkah yang saya tempuh adalah mengakui dan menerima semua emosi yang muncul untuk menuju ketenangan batin. Ketika saya membiarkan diri merasakan dan menerima emosi tanpa menghakiminya, saya membangun koneksi yang lebih dalam dengan diri sendiri dan Tuhan,” ujarnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.”ujarnya.
Hari ini kita mendengar bagaimana Yesus dalam amanat perpisahan-Nya mewariskan Damai Sejahtera-Nya kepada para murid. Menarik untuk melihat bahwa damai sejahtera yang Yesus janjikan ini bukanlah pelarian dari masalah, seperti kalau kita di jalan, melanggar lalu lintas, kemudian polisi menawarkan damai dengan sejumlah nominal tertentu.
Damai Sejahtera yang dijanjikan Yesus itu adalah suatu sikap batin yang membuat para murid memiliki keberanian untuk menghadapi masalah dengan tenang.
Yesus tahu bahwa peristiwa penderitaan dan wafat-Nya tidak akan mudah dihadapi dan dimengerti oleh para Murid-Nya. Maka, Yesus mewariskan damai sejahtera sejati yang tidak akan mudah hilang, yang membuat para murid akhir-Nya berani menghadapi peristiwa-peristiwa penderitaan oleh karena iman mereka kepada Kristus.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku menghadapi masalah dan tidak lari dari masalah untuk menemukan damai?