Dampak Pembuangan Masker dan Atensi Paus Fransiskus atas Isu Lingkungan Hidup

14
492 views
Sampah masker (Oceania)

TERIDENTIFIKASI di bulan Desember 2019, pandemi Covid-19 telah merombak seluruh peri kehidupan manusia sedemikian rupa.

Seluruh topik pembahasan kini mengarah pada kesejahteraan dan kelangsungan hidup manusia. Bukan sesuatu yang salah tentunya. Manusia hanya berusaha mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan menunjang berbagai aspek kehidupan, mulai dari kesehatan, ekonomi, pendidikan, sosial, hingga politik.

Namun, apakah manusia—terlebih umat Kristiani—lupa atas tanggungjawabnya merawat bumi ini? Kondisi lingkungan hidup dan makhluk di dalamnya ternyata turut pula terdampak oleh tindakan manusia semasa pandemi.

Dampak pembuangan masker

Dalam masa pandemi ini, tingkat higienitas dan kebersihan sangat diutamakan. Hal tersebut mendorong peningkatan konsumsi bahan plastik yang signifikan, mulai dari penggunaan APD (Alat Pelindung Diri), pelapis barang belanjaan online, wadah makanan, alat makan, kantong plastik sekali pakai, dan sebagainya.

Seluruh barang tersebut terbuat dari bahan polimer plastik yang membutuhkan ratusan bahkan ribuan tahun untuk terurai. Bahkan, sebuah masker medis sekali pakai membutuhkan 450 tahun untuk dapat terurai.

Padahal Journal of Educational Science and Technology menyebutkan bahwa sebanyak 129 miliar masker dan 65 miliar sarung tangan bekas dihasilkan per bulannya di masa pandemi. Tampak jelas angka ini sangat memprihatinkan dan umat manusia perlu segera memperhatikan masalah ini.

Minimnya pengolahan limbah di masa pandemi ini akan mengakibatkan pembuangan sampah plastik yang langsung terjun ke lautan. Hal ini sangat mengancam biota laut.

Dampak sampah di laut (Oceania)

Menurut World Economic Forum pada 2016, lebih dari 150 juta ton plastik masuk ke samudera bahkan jumlah ini dapat terus meningkat secara signifikan dan melebihi bobot ikan di samudera pada 2050.

Plastik-plastik yang berserakan di lautan dapat dimakan oleh hewan-hewan laut karena dikira mangsa yang lezat atau bahkan menjerat tubuh hewan tersebut hingga mati.

Menurut data organisasi perlindungan hewan WWF Australia, lebih dari 100.000 hewan laut mati karena polusi plastik, jumlah ini termasuk paus, lumba-lumba, anjing laut, dan singa laut. Tidak ketinggalan nasib para burung laut.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI menyebutkan bahwa pada 2055 akan terdapat 99% burung laut yang akan menelan plastik sekali pakai.

Tidak berhenti sampai itu saja, limbah plastik akan terurai menjadi potongan mikroplastik yang jauh lebih berbahaya dibanding sebelumnya.

Ketika tertelan oleh hewan, racun ini dapat terserap sampai ke daging hewan dan menimbulkan berbagai dampak negatif dalam tubuh bahkan kematian. Zat ini dapat turut menjelajahi rantai makanan hingga bermuara ke manusia.

Tak perlu ditanya, sudah pasti manusia akan merasakan dampak negatif bila mengonsumsi mikroplastik. Berbagai efek samping dapat dirasakan oleh tubuh, mulai dari gangguan sistem syaraf, defisiensi hormon, bahkan peningkatan risiko kanker yang signifikan.

Isu lingkungan oleh Paus Fransiskus (Ist)

Paus Fransiskus yang peduli

“Hear both the cry of the earth and the cry of the poor” – Pope Francis, Laudato Si’

Bagaimana tanggapan Paus Fransiskus terhadap kondisi lingkungan di tengah pandemi ini? Pastinya berbagai macam usaha telah dikerahkan oleh Paus, terlebih ketika peringatan lima tahun Laudato Si’ pada tahun ini.

Di tengah sukacita ulang tahun dan keprihatinan kondisi lingkungan, Paus Fransiskus kembali mengingatkan umat manusia atas pentingnya merawat rumah kita bersama.

Beberapa program kemudian digalakan oleh Vatikan demi mewujudkan aksi nyata dari arah pandang Gereja terhadap pemeliharaan bumi ini.

Paus Fransiskus juga memanggil jemaat untuk merealisasikan gagasan dalam Laudato Si’, mulai dari keluarga kecil, lingkungan, sekolah, rumah sakit, hirarki, pakar ilmuwan, dan seluruh elemen Gereja yang ada.

Komitmen yang diemban pun sangat besar, diperlukan peran serta seluruh golongan manusia untuk mewujudkannya.

Kemudian, apa sebenarnya yang dapat kita lakukan sebagai umat Kristiani?

Kata Paus Fransiskus, “small yet strong in the love of God, like Saint Francis of Assisi, all of us, as Christians, are called to watch over and protect the fragile world in which we live, and all its peoples.”

Bercermin dari perkataan Bapa Paus, pertama-tama kita perlu menyadari bahwa setiap dari kita dipanggil untuk bersama-sama memulihkan bumi dan seisinya ini.

Sangat penting untuk diingat bahwa hubungan kita dengan lingkugan tidak terlepas dari relasi kita dengan sesama dan Tuhan.

Manusia memiliki hubungan resiprokal dengan lingkungan. Di samping itu, lingkungan dan karya ciptaan-Nya adalah anugerah terindah dari Allah Bapa kepada umat manusia sebagai wujud kasih dan cinta-Nya.

Dengan demikian, sudah selayaknya bagi umat manusia untuk bertanggung jawab menjaga dan melestarikan pemberian tak terhingga tersebut sesuai perintah-Nya pada Kejadian 2:15.

Setelah kita menyadari tanggung jawab kita, selanjutnya kita perlu mengubah kebiasaan kita. Mari kita mulai dengan hal-hal kecil terlebih dahulu. Di masa pandemi ini, mari, sedapat mungkin kita kurangi penggunaan barang-barang sekali pakai dengan tetap memperhatikan faktor-faktor kesehatan.

Kita dapat mengganti penggunaan masker medis dan sarung tangan plastik/latex dengan masker dan sarung tangan kain yang dapat dibersihkan dan digunakan ulang ke depannya.

Selain itu, alih-alih menggunakan kantong plastik sekali pakai, kita dapat menggunakan kantong serbaguna yang dapat digunakan berkali-kali.

Dengan demikian, kita masih tetap menjaga kebersihan dan kehigienisan sekaligus mengurangi penggunaan barang-barang sekali pakai yang susah terurai.

Terakhir, marilah kita terus menjaga kesehatan diri dan keluarga dengan tetap memerhatikan lingkungan tempat kita hidup ini. Seperti perintah perutusan-Nya pada umat manusia dan arahan Bapa Paus Fransiskus lewat ensiklik Laudato Si’, sudah selayaknya bagi kita untuk terus bersyukur dan mewujud nyatakannya dalam tindakan kita sehari-hari dengan merawat bumi ini.

Meskipun kita sedang berada di tengah situasi pandemi yang sangat mengkhawatirkan ini, kita tidak boleh putus asa karena Roh Kudus dan kasih-Nya akan senantiasa membimbing setiap manusia.

While the conditions on the planet may appear catastrophic and certain situations seem even irreversible,” kata Paus Fransiskus, “We Christians do not lose hope, because we have our eyes turned to Jesus Christ.”

14 COMMENTS

  1. Artikelnya bagus membahas hal terkait ekologis sekaligus juga pandangan agama
    Jadi mengingatkan kita nih jangan cuman fokus beribadah dan agama samapi lupa peduli dengan ciptaan Tuhan lainnya!

  2. Indah sekali bila manusia sadar bahwa dengan menjaga alam, mereka juga menjalankan kewajiban dan pertanggungjawabannya kepada Allah.

  3. Menarik untuk melihat pandangan seorang Paus Fransiskus akan virus COVID-19. Bukan hanya dari segi keimanan namun juga melihat dampaknya bagi keberlangsungan bumi tempat kita tinggal. Artikel yang sangat baik.

  4. Keren banget Sis, memang manusia itu masih butuh belajar banyak ya, bahkan di era yang serba maju saja kalah nya dengan hal kecil seperti sampah… Tetap semamgat, Tuhan memberkati!

  5. Wah iya ya, saya awalnya gak kepikiran kalo masker sekali pakai itu dampaknya buruk juga bagi lingkungan. Mantap, artikel ini bermanfaat banget, menyadarkan orang-orang utk tetap memerhatikan bumi ini meskipun di tengah pandemi seperti ini. Keren authornya!!

  6. Artikel bagus yg mengingatkan kita kembali pentingnya dampak meningkatnya sampah² yg tidak mudah terurai, terlebih akibat meningkatnya penbuangan masker & plastik faceshield bekas selama pandemi covid19

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here