INJIL dua hari terakhir berbicara tentang orang berdosa atau hilang tersesat dan bagaimana cara membawanya kembali. Hari ini kita membaca ajaran Yesus tentang sikap yang benar terhadap orang yang bertobat (Matius 18:21-19:1); tepatnya tentang mengampuni.
Petrus bertanya kepada Yesus tentang berapa kali dia harus mengampuni saudaranya yang berbuat dosa kepadanya (Matius 18:21). Yesus menjawab bahwa Petrus mesti mengampuninya tujuh puluh kali tujuh kali (Matius 18:22).
Kemudian Yesus menyampaikan perumpamaan tentang Kerajaan Surga yang bagaikan seorang raja yang mengadakan perhitungan tentang hutang hamba-hambanya. Salah satu dari hambanya amat besar hutangnya dan dia tidak mampu membayarnya, hingga sang raja menghapusnya karena belas kasihan (Matius 18:23-27).
Perikop tersebut menegaskan bahwa hutang (kesalahan) manusia kepada Tuhan itu demikian banyak hingga ia tidak mampu melunasinya. Hanya belas kasihan Tuhan yang dapat menghapus atau mengampuninya.
Dosa manusia yang demikian banyak itu bagaikan hutang yang tidak terbayar. Karena itu, manusia hanya dapat bergantung pada belas kasihan Tuhan.
Itu tidak berarti bahwa manusia bebas dari tanggungjawabnya dan bisa pergi melenggang begitu saja. Ternyata, rahmat belas kasihan Tuhan menuntut para penerimanya berbelas kasih juga kepada sesamanya.
Lebih dari itu, belas kasihan seseorang kepada sesamanya menjadi semacam syarat baginya untuk menerima belas kasihan Tuhan. “Demikian pula Bapa-Ku di surga akan berbuat terhadapmu, jika kalian tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.” (Matius 18:35).
Jadi, manusia tidak bisa menghapus dosanya yang demikian besar. Namun Tuhan mengampuni semua dosanya bila orang mengampuni dosa sesamanya. Apakah kita ingin diampuni atau memilih diserahkan kepada algojo-algojo karena tidak mau mengampuni?
Kamis, 15 Agustus 2024
HWDSF