“Dari Bahaya Gempa Dahsyat, Bebaskan Kami Ya Tuhan”

0
1,102 views

SEBUAH letupan ingatan melecut dari benak Koekoeh Hadi Santosa –seorang mantan seminaris—ketika mendengar Aceh kembali digoncang gempa bumi tektonik berskala 8,5 Richter. Kepada milis Paguyuban Lingkaran Sahabat (PaLingSah) –sebuah milis katolik antar para sahabat Mgr. Ignatius Suharyo di Jakarta—Koekoeh pun berujar:

“Sejenak saya langsung ingat rumusan sebuah doa litani dalam Bahasa Jawa yang berbunyi ‘ Saking bebaya lindhu ageng, nyuwun luwar Gusti’ yang berarti ‘Dari bahaya gempa bumi maha dahsyat, bebaskanlah kami ya Tuhan’,” tulis Koekoeh di akun pribadinya.

Memanglah, khasanah doa-doa “kuno” termasuk yang tersaji dalam Bahasa Jawa masih membahasakan dengan sangat jelas kecemasan umat beriman akan sebuah bahaya alam bernama gempa bumi. Tak jelas, siapa perumus doa litani yang maha indah ini.

Yang pasti, kalau kita masih memiliki buku Padupan Kentjono –buku kumpulan sembahyang dan tata cara misa waktu itu— maka koleksi doa litani yang melukiskan kegemparan hati manusia mengalami goncangan bencana alam akan diperoleh. Sayangnya, buku klasik Padupan Kentjono itu sekarang ini sudah banyak hilang di peredaran. Kalau pun masih ada, paling-paling bertengger di rak-rak perpustakaan seminari atau kolese.

Gemparnya efek goncangan akibat gempa bumi tektonik di Aceh, Rabu (10/4) petang hari ini, memang melahirkan beragam reaksi di antara para penggiat milis PaLingSah.

Salah satunya adalah Henricus Surya Pujawiyata, Ketua PaLingSah, yang kebetulan tengah melakukan satu acara pertemuan di sebuah hotel berbintang di Medan, Sumatra Utara. “Saya kebetulan sedang ada di Medan karena ada meeting perusahaan. Pukul 15.45 WIB tiba-tiba saja terasa ada goyangan kencang dan semua peserta meeting mendadak sontak berlarian keluar ruangan. Tak terkecuali banyak orang lain juga berlarian keluar hotel,” tulis karyawan sebuah perusahaan asuransi di Jakarta ini.

“Goncangan di lantai 10 benar-benar terasa kuat. Yang pertama tercatat 8,6 Skala Richter dan gempa susulan tercatat 8,1 Skala Richter,” sambungnya.

Merasakan denyut kegemparan efek gempa dahsyat tersebut, kembali Koekoeh Hadi Santosa berujar, “Marilah kita tanpa berhenti berdoa semoga semuanya diberi yang terbaik untuk seluruh saudara-saudari kita di sana dan untuk kita semua.”

Tapi tentunya –sambungnya kemudian—“Kita harus tak pernah putus berhenti melambungkan doa permohonan ini….”Saking bebaya lindhu ageng, nyuwun luar Gusti”…..

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here