Dari Patung Maria Sampai Piala Dunia

0
442 views
Presiden Joko Widodo bicara tentang U-20 World Cup 2023. "Jangan campur adukan olahraga dengan politik." (Ist)

Puncta 31.03.23
Jumat Prapaskah V
Yohanes 10: 31-42

MENURUT catatan Setara Institute ada kenaikan pelanggaran tindak intoleran di awal tahun 2023 ini. Hal seperti ini biasanya muncul menjelang pemilu. Kasus-kasus intoleran dipakai untuk membenturkan kelompok-kelompok agama, minoritas dan mayoritas.

Kasus yang terjadi beberapa waktu lalu misalnya penutupan patung Maria di Kulon Progo, DIY atau rencana penolakan kedatangan Dubes Vatikan di Palembang yang akan memberkati pembangunan Gereja Katedral Keuskupan Agung Palembang gampang sekali ditunggangi kepentingan politik.

Padahal pada Januari 2023, presiden di hadapan Rakornas Pemda dan Forkominda menyampaikan arahan agar Pemda dan Forkompimda menjamin hak beragama dan beribadah seluruh warga negara sesuai jaminan UUD NKRI Tahun 1945.

Umat beribadah dibubarkan, mendirikan tempat ibadah dipersulit, mengadakan kegiatan keagamaan dihambat, orang mau berbuat baik dilarang. Kondisi ini sangat memprihatinkan di sebuah negara yang menjamin kebebasan beragama.

Apalagi hal ini ditunggangi oleh politisi-politisi mabuk identitas agama. Menjelang pemilu ini banyak orang mencari suara dengan menjual agama.

Akibatnya kerukunan hidup bersama dikorbankan, persatuan dan kesatuan dipertaruhkan demi syahwat berkuasa.

Olahraga yang seharusnya tidak ada hubungannya dengan politik pun diseret-seret demi mencari panggung. Akibatnya Indonesia dibatalkan jadi tuan rumah piala dunia U-20.

Mulai kelihatan adanya perseteruan antar kelompok. Orang dengan mudah akan saling menyalahkan.

Kehadiran Yesus mengganggu stabilitas kaum agama di Yahudi. Pekerjaan-pekerjaan baik yang dilakukan Yesus menarik banyak pengikut. Ajaran-ajaran-Nya juga menyentuh hati banyak orang.

Kaum agama Yahudi mencari kesalahan-kesalahan Yesus. Ia dianggap menghujat Allah dan menyamakan diri dengan Allah.

Bukan soal kebaikan-kebaikan karya-Nya, juga bukan ajaran-Nya, tetapi karena Yesus dianggap menghujat Allah.

Mereka berkata, “Bukan kerena suatu perbuatan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau menyamakan Diri-Mu dengan Allah, meskipun Engkau hanya seorang manusia.”

Di tempat kita ini, jangankan menghujat Allah, mau menyembah Allah dan beribadah kepada-Nya saja dihalang-halangi. Orang bersembahyang dibubarkan. Mendirikan tempat ibadah dipersulit. Dengan alasan itu orang mudah sekali menghakimi kelompok lain.

Kita harus belajar beriman secara dewasa dan tidak mudah menghakimi iman keyakinan orang lain, tetapi menghormati perbedaan.

Batal jadi tuan rumah piala dunia,
Politik dicampur-aduk sentimen agama.
Kalau kita beriman secara dewasa,
Kita bisa hargai sesama yang berbeda.

Cawas, mari hargai perbedaan..

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here